April 2012 - Archieve

Under the hood articles from the past.

Monday, April 16, 2012

Rasa Kasih Terlihat dalam Mata

penungggang kuda bromo
ilustrasi (bayuredpixels.blogspot.com)
Majalah Muslim - Kamis, 21 Muharram 1423/ 4 April 2002
Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang
lalu. Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan
menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan
kaku akibat angin utara yang dingin.

Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas
jalan yang beku itu. Dengan gelisah iamengawasi beberapa penunggang kuda memutari
tikungan.

Ia membiarkan beberapa kuda lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi
lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua
yang duduk seperti patung salju.

Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang...dan ia pun berkata,
"Tuan, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya
tak ada jalan untuk berjalan kaki."

Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang
tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang
kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda.

Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke
tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok
kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda atas sesuatu, mendorongnya untuk
bertanya,

"Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang2 kuda lain lewat, tanpa berusaha meminta
tumpangan. Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu
dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan
meninggalkan bapak di sana?"

Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si
penunggang kuda dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup
kenal dengan orang."

Si orang tua melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu
bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta
tumpangan.

Tapi waktu saya melihat matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terasa jelas ada pada
dirimu. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan
untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya."

Komentar yang menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya
berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang tua. "Mudah-mudahan
saya tidak akan terlalu sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi
kebutuhan orang lain.."

Seraya berkata demikian, Thomas Jefferson, si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan
melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih.

The Sower's Seeds - Brian Cavanaugh.
Kau tak akan pernah tahu kapan kau akan memerlukan orang lain, atau kapan seseorang
memerlukanmu. Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis sebuah citra dimatamu, yang
membantu orang lain melihat, menemukan pertolongan yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada
keutamaan lain di dunia ini dari pada sekedar peduli dengan dirimu sendiri, yaitu
kepedulianmu pada orang lain, sahabatmu atau benar-benar orang lain.

Maka bila ada sahabat atau seseorang memerlukan perhatian atau bantuanmu, atau meminta
maaf atas satu kesalahan, itu karena ia menghormati dan menghargai kebaikan yang pasti ada
dalam jiwamu. Kau dapat menghormati juga permintaan itu, atau kau meninggalkannya di
tengah jalan sendirian.
dinukil dari Cerita Islami By Syihab

Sunday, April 15, 2012

Kisah Taubatnya Malik Bin Dinar


foto taubatan nasuha
ilustrasi (rinhar.wordpress.com)


Rabu, 14 Muharram 1423/ 28 Mar 2002
Majalah Muslim - Diriwayatkan dari Mali bin Dinar, dia pernah ditanya tentang sebab-sebab dia bertaubat,
maka dia berkata : "Aku adalah seorang polisi dan aku sedang asyik menikmati khamr,
kemudia akau beli seorang budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan
seorang anak perempuan, aku pun menyayanginya.
Ketika dia mulai bisa berjalan, maka cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan
minuman keras dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan menuangkannya di
bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka aku pun sangat sedih
atas musibah ini.
Ketika malam dipertengahan bulan Sya'ban dan itu di malam Jum'at, aku meneguk khamr lalu
tidur dan belum shalat isya'. Maka akau bermimpi seakan-akan qiyamat itu terjadi, dan
terompet sangkakala ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku
berada bersama mereka, kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak dibelakangku.
Ketika aku menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat besar berwarna hitam kebiru-biruan
membuka mulutnya menuju kearahku, maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan,
Ditengah jalan kutemui seorang syaikh yang berpakaian putih dengan wangi yang semerbak,
maka aku ucapkan salam atasnya, dia pun menjawabnya, maka aku berkata :
"Wahai syaikh ! Tolong lindungilah aku dari ular ini semoga Allah melindungimu". Maka syaikh
itu menangis dan berkata padaku :
"Aku orang yang lemah dan ular itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, akan
tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu",
Maka aku bergegas lari dan memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing
itu, aku lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh kedalamnya
karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu seorang menjerit memanggilku,
"Kembalilah engkau karena engkau bukan penghuni Neraka itu!", aku pun tenang
mendengarnya, maka turunlah aku dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku
itu juga kembali. Aku datangi syaikh dan aku katakan,
"Wahai syaikh, aku mohon kepadamu agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu
berbuat apa-apa". Menangislah syaikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang lemah tetapi
pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak simpanan kaum muslimin, kalau engkau
punya barang simpanan di sana maka barang itu akan menolongmu"
Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di sana ada setrika yang telah
retak dan tirai-tirai yang tergantung yang setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu
dari emas dan di setiap daun pintu itu mempunyai tirai sutera.
Ketika aku lihat gunung itu, aku langsung lari karena kutemui ular besar lagi. Maka tatkala
ular itu mendekatiku, para malaikat berteriak : "Angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-
pintunya dan mendakilah kesana!" Mudah-mudahan dia punya barang titipan di sana yang
dapat melindunginya dari musuhnya (ular).
Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada beberapa anak dengan wajah
berseri mengawasiku dari atas. Ular itu semakin mendekat padaku, maka aku kebingungan,
berteriaklah anak-anak itu :
"Celakalah kamu sekalian!, Cepatlah naik semuanya karena ular besar itu telah mendekatinya".
Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut
mengawasiku bersama mereka. Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata :
"Ayahku, demi Allah!" Kemudian dia melompat bak anak panah menuju padaku, kemudian dia
ulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya, kemudian dia ulurkan tangan
kanannya ke ular itu, namun binatang tersebut lari.
Kemudian dia mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku pegang tangan kanannya
untuk menghelai jenggotku dan berkata : "Wahai ayahku! Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah". (QS. Al-Hadid : 16).
Maka aku menangis dan berkata : "Wahai anakku!, Kalian semua faham tentang Al-Qur'an",
maka dia berkata :
"Wahai ayahku, kami lebih tahu tentang Al-Qur'an darimu", aku berkata :
"Ceritakanlah padaku tentang ular yang ingin membunuhku", dia menjawab :
"Itulah pekerjaanmu yang buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka itu akan
memasukkanmu ke dalam api Neraka", akau berkata :
"Ceritakanlah tentang Syaikh yang berjalan di jalanku itu", dia menjawab : "Wahai ayahku,
itulah amal shaleh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata :
"Wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : "Kami adalah anak-
anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat, kami menunggu kalian hingga
datang pada kami kemudian kami memberi syafa'at pada kalian". (HR. Muslim dalam
shahihnya No. 2635).
Berkata Malik : "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman keras itu dan
kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku bertaubat pada Allah, dan inilah
cerita tentang taubatku pada Allah".
Dikutip dari : Hakikat Taubat.
SUMBER : http:/www.alirsyad-alislamy.or.id

Saturday, April 14, 2012

Biografi Salman Al Farisi R.A


animasi unta dan seorang laki-laki
Ilustrasi (zilzaal.blogspot.com_


Kamis, 7 Muharram 1423/ 21 Maret 2002

Kelahiran dan pertumbuhannya:
Salman Al-Farisi r.a. lahir di suatu desa bernama Jiyan di wilayah kota Aspahan - Iran, yaitu
antara kota Teheran dengan Syiraz. Setelah Salman r.a. mendengar kebangkitan Rasulullah
saw. dia langsung berangkat meninggalkan Persia mencari Nabi saw. untuk menyatakan
keislamannya.
Dalam suatu kisah, Salman menceritakan otobiografinya sbb. 'Saya adalah anak muda Persia
yang berasal dari suatu desa di kota Aspahan yang bernama Jiyan.
Ayah saya adalah kepala desa dan orang terkaya serta terhormat di desa itu. Dari sejak
lahir, saya adalah orang yang paling disayanginya, kasih sayangnya kepada saya semakin hari
semakin kental, sehingga saya di kurung di rumah bagaikan gadis pingitan.
Saya termasuk orang yang takwa dalam agama majusi, sehingga saya merasakan nilai api yang
kami sembah itu dan saya diberi tanggungjawab menyalakannya, jangan sampai padam
sepanjang hari dan sepanjang malam.
Ayah saya mempunyai ladang yang luas yang memberi kami penghidupan yang cukup. Ayah
saya selalu mengurusi dan memanennya sendiri.
Di suatu hari, dia tidak bisa pergi ke ladang, lalu dia mengatakan kepada saya, 'Anakku! Ayah
sibuk dan tidak bisa pergi ke ladang hari ini, sebab itu pergilah urusi ladang tersebut
menggantikan Ayah.' Lalu saya berangkat menuju ladang kami.
Di tengah perjalanan, saya melewati sebuah gereja Kristen dan mendengar suara mereka
yang sedang beribadah di dalam. Hal itu menarik perhatian saya karena saya tidak pernah
tahu sedikitpun tentang agama Kristen dan agama lainnya, karena sepanjang usia saya selalu
dipingit di dalam rumah oleh orang tua saya. Setelah mendengar suara itu, saya masuk ingin
mengetahui secara dekat apa yang sedang mereka lakukan.
Setelah saya memperhatiakan apa yang mereka kerjakan, saya merasa tertarik dengan cara
mereka beribadah, malah saya tertarik dengan agama mereka. Saya mengatakan dalam hati
saya, 'Sungguh agama mereka ini lebih baik dari agama kami.'
Saya tidak keluar dari gereja tersebut sampai matahari terbenam sehingga saya tidak jadi
pergi ke ladang kami. Saya menayakan kepada mereka, 'Dari mana asal agama ini?' Mereka
menjawab, 'Dari daerah Syam.'
Setelah malam menjelang, saya pulang ke rumah. Ayah saya langsung menanyakan kepada saya
apa yang telah saya lakukan. Saya menjawab, 'Hai Ayahku! Saya melewati sekelompok orang
yang sedang beribadah di dalam gereja, lalu saya tertarik dengan cara mereka beribadah.
Saya berada bersama mereka sampai matahari terbenam.' Ayah saya langsung marah
mendengar tindakan saya dan dia mengatakan,
'Hai anakku! Agama mereka itu tidak baik, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik
dari agama itu.'
Saya menjawab, 'Tidak ayah! Agama mereka lebih baik dari agama kita.' Dari perkataan saya
itu, syah saya takut kalau-kalau saya akan murtad, lalu dia mengurung saya di rumah dengan
mengekang kaki saya.'

Berangkat ke negeri Syam:
Ketika saya mendapat kesempatan, saya mengirim pesan kepada kaum Kristen itu. Saya
mengatakan,'Bila ada rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam, tolong saya diberi
tahu.' Ternyata tidak berapa lama ada satu rombongan yang akan berangkat ke negeri Syam.
Mereka pun langsung memberitahukannya kepada saya. Saya berusaha membuka kekang kaki
saya dan saya berhasil membukanya. Saya berangkat bersama mereka secara sembunyi dan
akhirnya kami sampai di negeri Syam. Setibanya di negeri Syam, saya mengatakan, 'Siapa
orang nomor satu dalam agama ini?' Mereka menjawab, 'Uskup pengasuh gereja.'
Saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya, 'Saya tertarik dengan agama Kristen ini dan
saya ingin mengikuti dan membantumu sekaligus belajar dari kamu dan beribadah bersama
kamu.' Dia menjawab, 'Silakan masuk!' Saya pun masuk dan menjadi pembantunya.
Belum berlangsung lama, saya menilai bahwa orang tersebut adalah orang jahat, dia menyuruh
pengikutnya untuk berderma dan mengiming-imingi mereka dengan pahala yang sangat besar.
Setelah mereka memberikannya dengan niat fi sabilillah, ternyata dia monopoli untuk dirinya
sendiri, tidak diberikan kepada fakir miskin sedikitpun. Dia berhasil mengumpulkan sebanyak
tujuh karung emas. Melihat keadaan itu, saya menaruh kebencian yang luar biasa
terhadapnya.
Ketika dia meninggal, kaum Kristen berkumpul untuk menguburkannya, ketika itu saya
mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya teman kamu ini adalah orang jahat, dia menyuruh
kamu bersedekah dan mengiming-imingkan pahala besar, setelah kalian kumpulkan, dia
monopoli untuk dirinya sendiri, dia tidak berikan sedikitpun kepada fakir miskin.' Mereka
menjawab, 'Dari mana kamu tahu?' Saya menjawab, 'Mari saya tunjukkan kepada kamu
sekarang juga tempat penyimpanan harta itu' Mereka mengatakan, 'Ayo tunjukkan kepada
kami tempatnya.'
Saya pun menunjukkannya dan mereka menemukan tujuh karung emas dan perak. Setelah
mereka melihat secara langsung, mereka mengatakan, 'Demi Allah kita tidak akan
menguburkannya, kita harus menyalib dan melemparinya dengan batu.'
Tidak lama kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya, lalu saya
mengikutinya. Sungguh saya belum pernah mendapatkan orang yang paling zuhud dan
mengharap akhirat melebihi orang itu. Ibadahnya yang berlangsung siang malam membuat
saya mnyenanginya, lalu saya hidup bersama dia beberapa tahun. Ketika menjelang wafatnya,
saya mengatakan kepadanya, 'Ya Polan! Kepada siapa engkau pesankan saya dan dengan siapa
saya akan hidup sepeninggal kamu?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita, kecuali satu orang di kota Musol yang bernama Polan. Dia tidak
merubah-rubah dan mengganti-ganti ayat Allah. Oleh sebab itu carilah orang itu.'
Sepeninggal teman saya itu, saya pergi menyusul orang tersebut ke kota Musol. Setibanya di
rumah beliau saya menceritakan kisah saya dan mengatakan kepadanya, 'Ketika si Polan
hendak meninggal dunia dia memesankan kepada saya untuk menyusul kamu, dia
memberitahukan kepada saya bahwa kamu berpegang kuat dengan kebenaran. Dia mengatakan
kepada saya, kalau begitu, tinggallah bersama saya. Saya pun tinggal bersama beliau, dan
memang betul dia adalah orang baik.
Tidak lama kemudian, diapun menemui ajalnya. Ketika hendak meninggal saya bertanya
kepadanya, 'Ya Polan! Janji Tuhan sudah dekat kepada Anda, Anda tahu kondisi saya
sebenarnya, oleh sebab itu kepada siapa Anda memesankan saya dan siapa yang harus saya
ikuti?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak melihat ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di Nasibin yang bernama Polan, susullah dia ke
sana' Setelah orang itu bersemayam di liang lahad, saya berangkat ke Nasibin mencari orang
yang disebutkan itu. Saya menceritakan kepadanya kisah saya dan pesan teman saya
sebelumnya. Dia mengatakan, 'Tinggallah bersama saya.'
Saya pun tinggal bersama dia dan ternyata memang dia adalah orang baik seperti dua orang
teman saya sebelumnya. Akan tetapi tidak lama kemudian dia pun menemui ajalnya. Ketika
menjelang maut, saya bertanya kepadanya, 'Engkau telah mengetahui kondisi saya
sebenarnya. Oleh sebab itu kepada siapa engkau memesankan saya?'
Dia menjawab, 'Ya anakku! Terus terang saya tidak menemukan ada orang yang tingkat
keagamaannya seperti kita kecuali seorang di kota Amuriah yang bernama Polan, carilah
orang itu.' Saya pun mencarinya dan saya menceritakan kisah saya kepadanya. Dia menjawab,
'Tinggallah bersama saya.' Saya pun tinggal bersama dia. Ternyata memang dia orang baik
seperti yang dikatakan orang sebelumnya. Selama saya tinggal bersama dia saya berhasil
mendapatkan beberapa ekor sapi dan harta kekayaan lainnya.

Pendeta Kristen memesan Salman mengikuti Nabi:
Kemudian orang tersebut pun menemui ajalnya seperti yang sebelumnya. Ketika menjelang
kematiannya, saya mengatakan kepadanya, 'Anda mengetahui kondisi saya sebenarnya, oleh
sebab itu kepada siapa engkau akan pesankan saya atau apa pesan Anda untuk saya lakukan?'
Dia menjawab, 'Hai anakku! Terus terang saya tidak menemukan seorang-pun di muka bumi ini
yang masih berpegang dengan agama kita, namun waktunya sudah tiba, seorang nabi yang akan
membawa agama Nabi Ibrahim akan muncul di tanah Arab, dia akan hijrah dari tanah tumpah
darahnya ke daerah yang penuh dengan pohon kurma di antara dua gunung, dia mempunyai
tanda kenabian yang sangat jelas, dia mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan sedekah,
di antara bahunya terdapat cap kenabian. Jika Anda bisa menyusul ke negeri itu, silakan.'
Tidak lama kemudian dia pun meninggal dunia, saya pun tinggal di kota Amuriah untuk
beberapa waktu.

Datang ke jazirah Arabia:
Ketika rombongan pedagang dari Suku Kalb -Arab- lintas di Amuriah, saya berkata kepada
mereka, 'Jika kalian sanggup membawa saya ke tanah Arab, saya berikan kepada kalian sapi
dan harta kekayaan saya ini.' Mereka menjawab, 'Ya, kami sanggup membawa kamu.' Saya pun
memberikan sapidan kekayaan saya tersebut kepada mereka dan mereka pun membawa saya.
Ketika saya sampai di Wadil qura, mereka menipu saya dan menjual saya kepada kepada
seorang yahudi dan memperlakukan saya sebagai hambanya. Suatu ketika, saudaranya dari
suku Quraizah datang menemuinya, lalu dia membeli dan membawa saya pergi ke Yasrib
(Madinah). Di sana saya melihat pohon kurma yang disebut oleh teman saya yang di Amuria,
dari diskripsi yang disampaikan teman saya itu, saya tahu persis bahwa inilah kota yang
dimaksudkan itu. Saya pun tinggal brsama tuan saya di kota itu.
Ketika itu Nabi saw. sudah mulai mengajak kaumnya di Mekah untuk masuk Islam, namun saya
tidak mendengar apa-apa dari kegiatan Nabi itu karena kesibukan saya sehari-hari sebagai
budak.

Memeluk Islam:
Tidak berapa lama, Rasulullah saw. pun hijrah ke Yasrib. Demi Allah ketika saya berada di
atas sebatang pohon kurma milik tuan saya, sedang memberesi kurma itu, sedangkan tuan
saya duduk dibawah, seorang saudaranya datang dan mengatakan kepadanya, 'Celaka besar
atas bani Qilah, mereka sekarang sedang berkumpul di Kuba, menunggu seorang yang
mengklaim dirinya sebagai seorang nabi akan datang hari ini.'
Setelah saya mendengar pembicaraan mereka itu, saya langsung merinding kayak demam,
saya gemetar, sehingga saya khawatir akan jatuh ke tuan saya. Saya segera turun dari pohon
kurma tersebut lalu mengatakan kepada tamu itu, 'Apa tadi yang Anda katakan? Tolong
ulangi katakan kepada saya!' Tuan saya langsung marah dan memukul saya sekuat-kuatnya lalu
mengatakan,
'Urusan apa kamu dengan berita itu? Kembali teruskan pekerjaanmu!'
Di sore harinya, saya mengambil sedikit kurma yang telah saya kumpulkan sebelumnya, lalu
saya berangkat ke tempat Nabi tinggal. Ketika itu saya mengatakan kepada Rasulullah, 'Saya
mendengar bahwa Anda adalah orang saleh, datang bersama teman-teman dari kejauhan
memerlukan sesuatu. Di tangan saya ada sedikit sedekah, nampaknya kamu lebih pantas
menerimanya.'
Lalu saya dekatkan kurma itu kepada mereka. Rasulullah saw. mengatakan kepada para
Sahabat, 'Makanlah' sedangkan dia sendiri tidak memakannya. Saya mengatakan dalam hati
saya, 'Ini dia satu tanda kenabiannya.'
Kemudian saya kembali ke rumah dan mengambil beberapa buah kurma, ketika Nabi saw.
berangkat dari Quba ke Madinah, saya mendatanginya dan mengatakan kepadanya,
'Tampaknya Anda tidak memakan sedekah, ini ada sedikit hadiah saya bawa sebagai
penghormatan kepada Anda.'
Rasululullah pun memakannya dan menyuruh sahabat untuk ikut memakannya, lalu mereka
makan bersama-sama.
Dalam hati saya berkata, 'Ini dia tanda kenabian kedua'
Ketika Nabi berada di Baqi Gargad, ingin menguburkan seorang sahabat, saya mendatangi
beliau dan melihat beliau sedang duduk memakai dua selendang. Saya mengucapkan salam
kepadanya, kemudian saya berjalan berputar sekeliling beliau untuk melihat punggungnya,
barang kali saja saya dapat melihat cap seperti yang dikatakan oleh teman saya di Amuriah.
Setelah Nabi melihat bahwa saya memperhatikan punggung beliau, dia mengerti tujuan saya,
lalu dia mengangkat selendangnya, ketika itu saya melihat ada cap, lalu saya yakin bahwa
itulah cap kenabian, lalu saya memeluk dan mencium beliau sambil menangis.
Melihat hal itu Rasulullah saw. bertanya, 'Apa gerangan yang terjadi pada kamu?' Saya pun
menceritakan kisah saya dan beliau sangat kagum dan beliau menginginkan agar saya
perdengarkan kepada para sabahat, lalu saya memperdengarkannya. Mereka semua kagum
dan gembira yang tiada taranya.
Salman masuk Islam dan dimerdekakan, seterusnya menjadi seorang sahabat yang sangat
mulia. Dia sempat menjabat gubernur di zaman khulafaur Rasyidun di beberapa negeri.
Mudah-mudahan Allah meridai beliau.

Biografinya:
Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah meletakkan tangannya di atas
Salman, lalu bersabda, 'Seandainya iman berada nun jauh di planet Tata surya, pasti akan
dicapai oleh orang-orang mereka ini.' sambil beliau menunjuk kepada Salman r.a.
Sumber: alislam (Abu Saifulhaq)
dinukil dari EBook Cerita Islami By Syihab

Monday, April 9, 2012

Sebutir Korma Penjegal Do'a


Ilustrasi orang yang sedang berdoa
Ilustrasi orang yang sedang berdoa (quantumikhlas.com)

Majalah Muslim - Kamis, 29 Dzulhijjah 1422/ 14 Maret 2002
Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk
bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram.
Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak didekat
timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan
memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa.

4 Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat
beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali.
Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan
ALLAH SWT," kata malaikat yang satu.

"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma
yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang
satu lagi.

Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya,
shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-
gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim" ibrahim
beristighfar.

Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.
Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.
Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak
menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "4 bulan yang lalu saya membeli
kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya ibrahim.
"Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang
kurma" jawab anak muda itu.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?".
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh
minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua
itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa
izinnya?".

"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara
saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka
mempunyai hak waris sama dengan saya."

"Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu."
Setelah menerima alamat, ibrahim bin adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai
juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh
ibrahim.

4 bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia
mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah ibrahim bin adham
yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."

"O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris
pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma
yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas."
"Oleh sebab itu berhati-hatilah dgn makanan yg masuk ke tubuh kita, sudah halal-kah? lebih
baik tinggalkan bila ragu-ragu...
dinukil dari EBook Cerita Islami Created By Syihab