2011 - Archieve

Under the hood articles from the past.

Thursday, December 8, 2011

Bidadari untuk Ikhwan Jilid 1

Karya: Fajar Agustanto

“Akhi Khalid, antum sudah sholat dhuhur?” aku terbangun dari lamunanku saat Andi
teman satu LDK (Lembaga Dakwah Kampus) menepuk pundakku.
“Akh, antum mengagetkan ana aja! Oh iya, ana belum sholat dhuhur nich!” aku
menjawab sambil memakai tas ransel hitamku kembali, yang saat itu masih tergelatak
dilantai.
“Akh, kalau gitu ayo kita kemasjid sekarang!” ajak Andi.
Aku hanya hanya menganggukkan kepala, sambil berdiri dan berjalan menuju masjid
kampus yang jaraknya tidak begitu jauh dari fakultasku.
Hem, nikmat benar air wudhu yang membasahi kulit-kulitku ini. Terasa semua
ringan dalam membasuh semua kotoran-kotoran dunia. Iqhomat sudah mengumandang,
tanda sholat akan dimulai.
“Benar-benar cantik, wanita tadi! Siapa dia? Aku baru melihatnya sekarang!” lamunku.
“Allahu Akbar!” aku tersentak saat Imam mengucapkan takbir rukuk.
“Masya’ Allah, aku sedang sholat!” sertamerta pun aku langsung membuang jauh-jauh
pikiran yang telah menjauhkan aku dari kekhusyu’anku dalam sholat.
***
Kebutuhan rohaniku telah aku laksanakan, sekarang waktunya untuk kebutuhan
jasad ini. Dholim, jika aku mengacuhkan kebutuhan tubuh ini.
“Akhi, antum sudah makan?” tanyaku pada Ridwan teman satu LDK, yang sedang
duduk-duduk diserambi masjid.
“Ana, belum makan Akh! Kenapa, mau ngajak makan? Tapi ingat Akh, ana kalau makan
nggak suka kalau dikantin kampus kita ini!” ucap Ridwan
aku tersenyum sambil mengatakan “nggak suka, apa kemahalan?”
“hehehe, antum sudah tahu rahasianya yach!” Ridwan mengatakan sambil tertawa
“Kita kan sama-sama mahasiswa, tahulah yang dipikirkan! dan kita kan Al-Ikhwan
(saudara)! Jadi kita harus lebih mengetahui keadaan saudaranya sendiri!” kataku sambil
bernada sok mengejek
Ridwan tertawa sambil mengatakan “antum ini, ada-ada saja! Benar juga, kita Al-Ikhwan
(saudara) jadi harus lebih tahu! Sekarang, Antum harus tahu kalau ana lagi boke’! Jadi
antum harus mentraktir ana!”
“Akh, antum! kapan punya uangnya? Boke’ kok terus! Ok lah, sekarang ana traktir”
kataku sambil tertawa dan mengajak Ridwan disebuah warung. Tentunya yang murah dan
enak.
***
Hem, sepi sekali dikontrakan! Mungkin teman-teman masih ngisih kajian atau
mengikuti kajian pikirku dalam hati. Aku merogoh saku celana, mencari kunci kontrakan.
“Ini dia!” kataku. Aku buka pintu sambil berucap salam, tetap tidak ada yang menjawab
salamku. Mungkin memang teman-teman masih aktif dalam kegiatan masing-masing.
Biasanya kalau jam-jam tidur siang ini, teman-teman masih lebih aktif untuk berdakwah.
Biasanya Yanto, Deni, Heri dan Samsul selalu pulang sore, karena banyaknya aktifitas di
SKI (Sie Kerohanian Islam) fakultas mereka. Alhamdulillah kegiatanku sekarang sudah
tidak sepadat seperti mereka, mungkin teman-teman mengerti kalau aku sekarang lebih
disibukkan rencana untuk mengerjakan skripsi. Sehingga amanah-amanah dakwah, tidak
begitu banyak dibebankan kepadaku. Dulu, saat masih banyak-banyaknya aktifitas
dakwahku. Aku banyak sekali mempunyai binaan, mulai dari kajian anak-anak SD, SMP,
SMA, anak-anak jalanan sampai kajian para preman yang sudah tobat. Tapi
alhamdulillah sekarang lebih berkurang, sekarang aku hanya mengisi kajian ditempat
para preman saja.
Pernah suatu hari, aku meminta tolong teman-teman untuk mengisi kajian para
preman. Ternyata teman-teman banyak yang belum siap untuk mengembangkan dakwah
dikalangan para preman. Sehingga kajian untuk para preman, masih tetap aku yang
mengisi. Memang sangat unik sekali saat bertemu dengan preman-preman itu, saat-saat
pertama mengenal mereka. Entah apa yang membuat para preman ini sadar, akan
pentingnya mengenal Islam lebih dalam. Perjumpaan yang sangat unik, saat aku selesai
mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang beruntung, aku berjalan sendirian
diperkampungan kumuh itu.
Disebuah pinggiran kali, aku berpapasan dengan tiga para preman. Mereka
melihatku dengan tatapan yang tajam, seakan aku adalah mangsa yang siap untuk
diterkam, dan tentunya sangat lezat. Jantungku berdetak kencang, aku merasakan
ketakutan saat berhadapan dengan para preman. Tak pelak aku pun beristikfar dalam hati
dan meminta perlindungan kepada sang Maha pelindung. “Sesungguhnya mereka itu
tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya,
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu
benar-benar orang yang beriman (Ali Imran 175).” Aku teringat dengan apa yang
difirmankan Allah, sungguh dahsyat apa yang kurasakan setelah mengingat Ali Imran
ayat 175. Tubuhku seakan siap menjadi tentara Allah yang akan menghadang para
segerombolan kaum Bani Israil.
“Hai kamu! Kesini” teriak salah satu preman itu, memanggilku.
Dengan santai aku pun mendatangi ketiga preman itu “ada apa Bang?” jawabku.
“Jadi ini yach, Guru ngaji itu!” ucap salah satu preman yang berada ditengah.
“Iya Bos, dia salah satu dari guru ngaji itu!” jawab salah satu preman disebelahnya.
Aku hanya diam dan menatap mereka, serta bersiap siaga jika mereka akan berbuat
sesuatu kepadaku.
“Apa benar kamu guru ngaji, yang ngajar digubuk sana?” tanya preman yang dipanggil
Bos, dan kemungkinan dia memang memang Bos preman didaerah kumuh ini.
“Iya benar!” jawabku singkat dan mantap, sambil sedikit menganggukan kepala.
“Hem, aku sudah mendengar kalakuan kalian pada anak-anak disini!” ucap si Bos
preman itu. “apa kamu nggak takut, sama kami!” ucapnya lanjut, dengan sedikit agak
membentakku.
Saat itu aku hanya sedikit tersenyum lalu mengatakan “maaf kalau saya mengganggu atau
ada kelakuan saya dan teman-teman yang tidak mengenakkan, kami mengajar kesana
hanya untuk meningkatkan keilmuan anak-anak, serta mencari pahala yang dijanjikan
oleh Allah swt! Tidak ada maksud lain selain itu.” Ucapku tenang dan tegas
“Jadi, kamu memang benar-benar tidak takut pada kami!” Bos preman itu membentak
keras kepadaku
“Maaf, bukan bermaksud seperti itu! Saya dan teman-teman, mengajar dengan
keIkhlasan. Bukan mencari permusuhan!” jawabku mencoba untuk menenangkan
mereka.
“Dasar bocah. Kamu sudah berani menginjak daerah kami!” ucap salah satu preman yang
berambut gondrong.
“Sudah sikat saja!” ucap preman yang berbadan ceking, berambut cepak sambil langsung
bergerak mengepungku, tidak terkecuali preman yang berambut gondrong itu. Si Bos
preman hanya melihat dan diam saja.
Darah sudah mendidih, luapan emosi sudah menerjang pada ketiga preman itu. Aku juga
sudah bersiapsiaga menerima serangan dari kedua preman itu.
“Tak ada yang saya takuti selain Allah swt, jikalau saya mati disini! Maka akan banyak
tentara Allah yang akan menghajar kalian! Dan saya syahid dijalan-Nya” ucapku keras
Saat si preman gondrong akan menyerang, terdengar teriakan keras “HENTIKAN”. Kami
menoleh pada Si bos preman itu. “Sudah, hentikan!” perintahnya lagi.
Aku masih tetap bersiapsiaga jika sewaktu-waktu mereka menyerangku.
Si Bos preman itu mendatangiku, lalu dia tersenyum sambil berkata “Hai anak muda,
siapa namamu?”
“Khalid, Khalid Hendriansyah!” ucapku tenang dan tetap tegas.
“Baru kali ini, saya berhadapan dengan anak muda yang berani!” ucap Si bos preman,
selanjutnya dia mengatakan “sebenarnya beberapa kali, ada anak muda yang
mengajarkan ngaji pada anak-anak diperkampungan kumuh ini. Tetapi mereka adalah
anak muda yang munafik, mereka mengatakan kebesaran Tuhannya tetapi mereka
menakuti manusia. Mereka takut pada kami, para preman! Saat aku melihat kamu, aku
ingin menguji keberanianmu, aku ingin menguji keimananmu, ingin menguji kekuatan
kepercayaanmu kepada Tuhanmu. Dan menguji, apakah kamu dari golongan anak muda
yang munafik itu? Sungguh luar biasa keberanianmu, engkau tak takut akan kematian.
Bahkan engkau mencari kematian, kematian diatas nama Tuhanmu! Dan ternyata kamu
bukan dari golongan anak-anak muda yang munafik itu.”
Nih preman gak tau kali ya, kalau aku sebenarnya juga takut! Tapi Alhamdulillah,
dengan pertolongan Allah swt, rasa takutku pun menjadi sebuah keberanian. Ucapku
dalam hati.
Si Bos preman mendekat kepadaku, lalu menepuk pundakku sambil mengatakan “hai
anak muda, kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang
bagaimana mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya. Kami ingin
anak-anak kami di didik oleh orang-orang yang memang mengerti tentang Tuhan. Tidak
takut akan ancaman manusia, tetapi dia lebih menakuti ancaman-ancaman Tuhannya.
Sehingga anak-anak kami nantinya, menjadi seorang pemberani dalam hidup. Dan
termasuk dari golongan orang-orang yang shaleh.” Si bos preman itu memandangi aku,
layaknya berharap kepadaku, berharap tentang ajaran kebenaran. Berharap akan
datangnya cahaya keIlahian. Setelah itu Si bos berkata “Khalid, jangan kamu kira bahwa
kami tidak perduli dengan masa depan anak-anak kami! Kami berpenampilan seperti ini,
karena kami ingin melindungi daerah ini, dari preman-preman yang lain! Dengan seperti
ini kami lebih leluasa untuk bergerak.”
Aku tersenyum saat Si bos preman itu menatap tajam penuh makna, penuh pengharapan
dari orang yang menginginkan kebenaran. “Insya Allah, saya akan mendidik anak-anak
dilingkungan sini dengan ilmu yang pernah saya dapatkan! Saya hanya menginginkan
keridhoan Allah saja dalam berjuang, bukan yang lainnya.” Ucapku.
“Terima kasih, Khalid! Dan jika kamu butuh apa-apa silakan panggil kami.” Ucap Si bos
preman sambil akan beranjak pergi.
Saat dia akan beranjak pergi, serta merta pun aku langsung memanggil Si bos “maaf, saya
belum tahu nama Abang!”
Si bos preman membalikkan tubuhnya menghadap aku, dia tersenyum sambil menjawab
“Panggil aku, Jamal! Sampai jumpa Khalid”
Saat hendak Si bos preman alias Bang Jamal melangkah meninggalkanku, aku berteriak
“Assalamua’alaikum, Bang”
Bang Jamal menoleh, sambil tersenyum dan menjawab “Walaikumsalam” setelah itu dia
pergi.
Aku tertegun sesaat, pikiranku menerawang mengingat apa yang dikatakan Bang
Jamal “Kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang bagaimana
mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya.” Sungguh luar biasa apa
yang diucapkan Bapak Jamal. Tiada kata yang seindah dengan pengingatan keras, seperti
apa yang diucapkan Bang Jamal. Sungguh aku benar-benar takut, takut jika tidak dapat
mengemban amanah ini. Sebuah ucapan yang harus diperhitungkan, meski ucapan itu
diucapkan oleh orang-orang jalanan atau bahkan seorang preman.
Tiada hal yang harus kita singkirkan, dari pernyataan seorang preman yang begitu
agung. Mungkin pernyataan Bang Jamal, layak disetarakan dengan Aristoteles atau
mungkin Imam Ghazali, sungguh pernyataan yang tidak dapat diduga dari mulut seorang
yang masih tidak begitu mengenal tentang kebenaran dari Tuhan. Tapi tetap, Bang Jamal
adalah Jamal, bukan Aristoteles atau bahkan Imam besar Al Ghazali.
Yang aku tahu, dijaman seperti sekarang ini pernyataan yang di ucapkan oleh
Bang Jamal sangat langka. Kita lebih banyak tahu, tentang orang-orang yang selalu
berpikiran sempit tentang ajaran-ajaran kebenaran ini, Islam. Apalagi menganggap
bahwa, anak-anak yang mempelajari agama Islam, adalah anak-anak yang ketinggalan
jaman. Mereka mungkin lupa dengan apa yang dikatakan Imanuel Kant, bahwa tingkatan
paling tinggi dari estetika dan etika, dari derajat manusia adalah rasa keimanan yang
tinggi terhadap agamanya (relegius).
Setelah aku kenal bang Jamal, terjadi banyak hal yang memang membuatku
kagum dengan Dia. Sosok preman yang satu ini memang beda dengan preman-preman
yang lainnya. Dia tidak pernah meminta uang apapun didaerah kekuasaannya, apalagi
hanya sebatas uang keamanaan. Tetapi tetap kerjanya Bang Jamal, jadi bodyguardnya
pemilik hotel. Kata Bang Jamal sich, pemilik hotel itu takut, takut kalau ada yang bikin
gara-gara dihotelnya. Jadi akhirnya Bang Jamal yang diminta perlindungannya.
Sungguh memang ironis dinegara kita ini, para penegak hukumnya sudah tidak
lagi dapat diandalkan sebagai penegak hukum yang sebenarnya. Hingga akhirnya orang-
orang yang punya uang pun, lebih aman dijaga preman dan satpam. Setalah sering
bertemu, akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak Bang Jamal bikin kajian khusus
para preman-preman. Luar biasa tanggapan bang Jamal, ternyata sangat menerima sekali
ajakanku itu “ini yang ditunggu-tunggu dari dulu, jarang ada pengajian buat para
preman!” ucap Bang Jamal saat itu.
Tiada hal yang dapat menggembirakan hati ini, kecuali ajakan untuk berbuat baik
disambut dengan kebaikan pula. Sejak saat itulah, aku sering mengisi kajian para preman-
preman. Dan akhirnya aku banyak tahu, nama-nama dari preman diwilayahku sendiri.
Lambat laun kajian para preman yang aku adakan semakin ramai saja, karena para
preman ini sering mengajak teman-teman preman lainnya untuk ikut ngaji juga. Beberapa
preman yang masih baru mengikuti kajian, banyak yang canggung. Sehingga sesekali ada
celetukan yang kadang jorok, lucu, atau bahkan mengharukan. Mengharukan, karena
ternyata banyak para preman ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an, “baca Al Qur’an!
La wong baca koran aja susah kok” itulah celetukan menyayat hati. Dinegara yang
katanya sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca
Al Qur’an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM. “Jadi,
sebenarnya yang benar ini, yang mana? Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau Islam
KTP sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti yang
Islam itu?.” Gumamku dalam hati
Hari-hari yang aku lalui dengan para preman, ini sungguh memberikan kesan
yang tersendiri. Kesan yang membuatku kagum dengan semangat mereka, semangat yang
ingin lepas dari jeratan syetan. Sungguh besar rahmat Allah, disaat banyak orang yang
menjauhi agama Islam, tetapi mereka dengan berbondong-bondong belajar agama yang
haq ini, Islam. Mereka tidak merasa malu dengan keIslamannya, bahkan hari demi hari
mereka menjadi bangga dengan apa yang mereka peroleh.
Sejak saat itu aku sering main kerumah bang Jamal, tak jarang pun bang Jamal
main-main ketempat kosku. Beberapa teman-teman aktivis dakwah sempat kaget, dengan
jalinan pertemananku dengan bang Jamal. Sampai-sampai Deni, dengan ceplas-ceplosnya
mengatakan
“Akh, Khalid! Antum punya banyak binaan preman, kok gak disuruh untuk lebih
meningkatkan keimanannya! Sehingga dandanan para preman itu menjadi lebih sopan
lagi”
“Sebenarnya, gini Akh! Seseorang diberikan peringatan tidak harus langsung, kita harus
mengetahui kadar keimanan dari seseorang yang akan kita beri peringatan. Ana takut,
kalau ana memberikan peringatan yang keras kepada mereka, akhirnya menjadi lari
dengan dakwah kita. Cukup tunjukkan perilaku kita saja, biar mereka meniru apa yang
kita perbuat, dan tidak usah banyak berkata-kata! Karena sesungguhnya, Islam adalah
agama prilaku! Maka berikan contoh, karena sesungguhnya contoh itu yang mudah untuk
ditiru.” Memang ucapan Deni benar, tetapi suatu hal yang mendasar, yang diajarkan
Rasulullah kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan
dengan lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai
tingkatan keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi
dia sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran itu
hanya berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan
terwujud, jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang
bijaklah, yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta
mengetahui kadar iman dari seorang yang akan diserunya.
Hari demi hari, pertemanan kami sangat dekat. Bang Jamal, sudah aku anggap
sebagai kakakku sendiri. Sehingga rasa kekeluargaan kami terasa begitu kental. Istri bang
Jamal, mbak Surtini juga sudah mengikuti kajian ibu-ibu yang diadakan oleh teman-
teman akhwat kampusku. Apalagi Joko, putra bang Jamal ini lebih senang datang ke
kajian dari pada pergi ke sekolah “sekolah itu bosenin, Ustad! Masa kerjanya cuman
belajar melulu, nggak ada mainnya.” Itulah kata Joko saat aku tanya. Tapi memang, Joko
menjadi anak yang lebih cepat menangkap pelajaran agama daripada pelajaran-pelajaran
yang lainnya. “saya kan pengen kaya’ ustad Khalid!” akunya polos. Saat Joko
mengatakan itu dengan polos, badan ini menjadi benar-benar bergetar. Beribu tanya
dihatiku “apakah aku layak dijadikan contoh, bagi Joko?” sering juga bang Jamal
mengatakan kepadaku, “Khalid, Joko benar-benar kagum dengan kamu! Sering aku tanya
tentang cita-citanya, dia selalu berkata. “aku pengen jadi ustad. Kayak, ustad Khalid!”
aku mohon jangan sampai kamu kecewakan Joko!.” Sungguh ucapan bang Jamal menjadi
cambuk bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkan aku, untuk selalu mendekatkan diri
pada Allah Azza wa jalla.
Beberapa kali saat aku mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang
beruntung. Selalu ada semangat baru bagiku, untuk dapat meningkatkan kualitas mereka.
Terutama kualitas dari pengetahuan agama mereka. Mungkin seperti itulah Allah,
memberikan kenikmatan berdakwah padaku.
Saat aku sedang mengisi kajian, aku didatangi oleh orang-orang yang tidak
dikenal. Sesekali mereka menanyakan tentang data-data daerah kumuh ini pada salah satu
RT. Setelah mereka mendapatkan data-datanya, mereka langsung pergi. Dan setelah itu
tak lama muncul sebuah kegiatan kemanusian, berupa pembagian sembako dan alat-alat
masak gratis. Dan anehnya kegiatan itu sangat mengetahui seluk beluk dari daerah
kumuh ini. Sehingga mereka dengan leluasa membagikan sembakonya kepada penduduk.
Entah dermawan mana yang membagikan sembako itu, yang aku harapkan tidak ada
maksud yang lain selain kegiatan kemanusiaannya.
Pertama-tama kegiatan pembagian sembako itu bersifat biasa-biasa saja, tetapi
lama kelamaan kegiatan sembako menjadi kegiatan kajian rutin. Entah siapa yang
mengusulkan kajian itu, tak pelak kajian keIslaman yang aku dan teman-teman adakan,
menjadi sedikit peminatnya. Apalagi kajian ibu-ibu yang diselenggarakan oleh para
akhwat kampus.
Saat aku sedang mengadakan kajian rutin para preman, aku mencoba untuk
mengorek beberapa keterangan tentang para dermawan-dermawan yang membagikan
sembako. Dengan mengorek keterangan dari para preman, aku bisa leluasa mendapatkan
banyak ketarangan yang sangat berharga.
“Bang Jamal, tahu nggak kajian yang dilaksanakan setiap jum’at malam itu?” tanyaku
“Iya saya tahu, Khalid!” jawab bang Jamal saat itu
“Saya cuma ingin tahu, berapa banyak orang-orang yang datang disana?” tanyaku
“Sangat banyak yang datang kesana, Khalid! Bahkan beberapa dari kita pun pindah ke
kajian mereka” ucap bang Jamal
“Benar, banyak sekali warga kita yang ikut kajian mereka! Kabarnya sich, orang-orang
yang ikut kajian mereka itu dikasih uang saku plus oleh-oleh kalau pulang” ujar Dadang
preman gondrong anak buah bang Jamal.
“Loh, lalu kenapa bang Dadang nggak ikut kajian mereka?” tanyaku dengan heran
“Saya kok, merasa ada yang ganjil yach di kajian itu!” kata bang Jamal
“Benar Bos!” ucap bang Dadang. Selanjutnya dia mengatakan “saya pernah melihat
mereka yang wanitanya memakai jilbab. Seperti teman-teman mas Khalid yang pake
jilbab besar-besar itu! Tetapi saat saya melihat terus, ternyata saat masuk kedalam mobil,
mereka melepas jilbabnya. Dan disitu ada tiga wanita, empat laki-laki. Mereka terlihat
tertawa lepas, para wanita itu dipeluk oleh laki-lakinya! Saat itu saya sebenarnya mau
hajar mereka karena bertingkah tidak baik dan saya kira itu juga melecehkan ajaran
Islam. Tetapi saya urungkan, karena waktu itu saya sendirian. Takut juga, kalau
dikeroyok mereka!”
“Dasar, penakut kamu! Siapa yang ajari kamu jadi pengecut begitu” bentak bang Jamal,
“kenapa kalau takut nggak bilang! Bisa aku hajar mereka. Aku nggak pernah ajari kamu
sebagai pengecut kan?” bang Jamal terlihat sangat emosi, melihat perilaku bang Dadang
yang menurutnya pengecut.
“Sabar bang, sabar!” ucapku sambil memegangi tangan bang Jamal. “sebenarnya bang
Dadang nggak salah bang, Islam mengajarkan kita untuk berani menindak kezaliman.
Tetapi Islam juga mengajak kita untuk bisa membuat strategi. Kalaulah bang Dadang saat
itu melawan mereka, dan setelah itu bang Dadang dihajar oleh mereka atau bahkan
dibunuh oleh mereka! Maka saat ini kita tidak akan tahu perbuatan yang dilakukan oleh
mereka. Dengan begini kita akhirnya tahu apa yang dilakukan oleh mereka. Tetapi
seandainya jika bang Dadang melawan mereka, meskipun bang Dadang kalah atau
bahkan mati. Maka bang Dadang akan mendapatkan pahala, dan kematian bang Dadang
adalah syahid. Surga adalah balasan bagi orang-orang yang syahid. Untuk saat ini
sebaiknya kita pantau kelakuan mereka, para pembagi sembako itu!” ucapku tegas.
Semua yang hadir saat itu terlihat setuju sambil menganggukkan kepalanya. Sejak
saat itu, aku dan teman-teman lebih intensif memusatkan perhatianku pada gerak-gerik
para dermawan itu. Dan bang Jamal, sebagai spionaseku untuk mengorek semua kegiatan
yang dilakukan oleh mereka.
“Ada maksud apa dibalik semua ini?” itulah sebuah pertanyaan besar, bagi kami
para aktivis dakwah ini. Dan pada saat itu, muncul ideku untuk ikut kajian para pembagi
sembako itu. .
***
aat itu jum’at malam, pengajian diadakan ditempat rumah Bapak RT. Banyak
sekali yang datang menghadiri. Saat akan masuk ke tempat pengajian, para penyambut
tamu sudah bersiap memberikan makanan. Makanan-makanan yang memang lezat-lezat
itu mengundang sekali untuk disikat. “hem, bagaimana tidak senang! Yang hadir saja
dikasih makanan lezat kayak gini” gumamku sendirian.
Saat itu Samsul yang aku ajak untuk menghadiri kajian tersenyum, lalu mengatakan
“Wah, Akh. Dakwah kita memang kalah canggih yach!”
Saat aku melihat sekeliling, terlihat memang tidak ada yang perlu dicurigai.
Hanya saja, memang terlihat beda sekali dengan sistem kajianku. Terlihat beda karena
aku bisa melihat para wanita yang juga ikut dalam kajian jum’at itu. Mereka mungkin
lupa untuk menggunakan hijab (batasan/penutup) antara wanita dan pria.
Saat aku melihat sekitar, mataku melihat sosok seorang gadis berjilbab lebar yang sedang
membagikan makanan kecil kepada para wanita. “siapa dia? Kayaknya aku mengenal
dia! Hem, dimana yach?” pikirku. Memang aku merasa mengenal wajahnya.
Seorang ustad memakai sorban, naik ke mimbar yang sudah disediakan. Terlihat memang
meyakinkan sekali orang itu. “oh namanya, kyai Badrul!” gumamku saat kyai itu
mengenalkan namanya diawal pembukaan, baru kali ini aku mengenal kyai Badrul.
Beberapa saat setelah lama ustad itu berceramah, dia langsung berkata “sesungguhnya
agama Islam itu agama yang pasrah! Jadi sesungguhnya, orang-orang yang pasrah adalah
orang-orang yang beragama Islam. Meskipun dia tidak beragama Islam, kalau dia pasrah
kepada Tuhannya, maka dia orang Islam” kata kyai Badrul yang saat itu sedang
berceramah didepan mimbar.
Sontak saja aku dan Samsul yang mengikuti kajian itu, saling berpandangan. Wajah
Samsul terlihat geram “Akh, ini nggak bisa dibiarin! Ini namanya pendangkalan
akhidah!” ucapnya lirih.
“Tenang, Akh. Jangan gegabah, kita lihat dulu maksud dari kyai yang baru kita kenal ini”
jawabku lirih pula.
“Sesungguhnya, Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam! Jadi, untuk bisa menjadi
agama yang rahmat, orang Islam haruslah saling menghormati dengan agama yang
lainnya. Agar tercipta kehidupan saling menghormati, ucapkanlah selamat jika ada agama
lain yang sedang merayakan perayaan! Karena Islam agama rahmat, ucapan selamat itu
adalah ucapan rahmat!” kata kyai Badrul saat masih berada diatas mimbar.
Sontak pun aku dan Samsul saling memandang “Akh, ini memang nggak bisa dibiarkan!
Ini sudah pendangkalan akhidah” ucap Samsul padaku
“Iya benar, ini memang sudah pendangkalan akhidah umat Islam! Entah kyai mbeling
dari mana dia, dengan seenaknya ngomong kejamaah umat Islam seperti itu!” ucapku
lirih
“Akh, setelah ini kita harus gerak cepat! Sebelum banyak orang yang akan didangkalkan
akhidahnya” pintaku ke Samsul.
“Iya, kita harus gerak cepat!” jawab Samsul pasti.
Saat kyai Badrul selesai berceramah, datang beberapa bingkisan makanan.
Bingkisan makanan itu dibagikan untuk oleh-oleh para jamaah yang hadir disitu. Saat
pembagian sembako itulah aku melihat, sosok cantik yang berjilbab lebar itu lagi. Aku
benar-benar menatapnya, sambil mengingat-ingat dimana aku pernah berjumpa dia.
Aku kaget saat Samsul menyikutku pelan, sambil berkata “Akh, antum jangan lihat
akhwat terus! Ingat, pandangan pertama itu dari Allah tetapi selanjutnya dari syetan! Tapi
akh, memang tuh akhwat cantik juga yach!”
“Ana, nggak melihat akhwatnya! Ana cuma melihat wajahnya” ujarku
“Hem, dibilang ngelihat akhwat nggak mau! Tapi malah bilang, melihat wajahnya
akhwat. Ini malah lebih parah, Akh!” ujar Samsul sambil tersenyum.
“Yee, akh. Antum seharusnya dengerin ana dulu, jangan langsung potong pembicaraan
ana. Ingat Rasulullah itu pantang memotong pembicaraan orang!” ucapku kecut.
“hehe, begitu aja marah! Ana kan cuma bercanda, Akh!” ucap Samsul sambil
cengengesan.
“Akh, sebenarnya ana merasa pernah bertemu dengan tuh Akhwat! Tapi ana lupa
dimana?” ucapku dengan mengingat-ingat kembali.
“Hem, coba di ingat lagi! Ana juga heran, kenapa ada akhwat yang ikut kyai mbeling
kayak gitu, ya akh!” ucap Samsul sembari mengambil makanan yang dibagikan saat awal
masuk pengajian.
“Yee, antum ini gimana! Masa benci kyainya, tapi memakan pemberian kyai Badrul”
kataku dengan nada bercanda mengejek.
“Hem, selama makanan ini nggak haram, kan boleh dimakan! Ingat Akh, ambil kuenya
jangan ambil akhidahnya” jawab Samsul sambil mengunyah kue lalu tersenyum.
Aku tersenyum sambil mengatakan “Dasar, mahasiswa kontrakan!”
Saat aku masih melihat kearah wanita itu, wanita berjilbab itu menatapku sambil
terlihat menajamkan matanya kearahku. Tak lama setelah beradu pandang denganku,
wanita berjilbab itu langsung meninggalkan tempat dengan tergesa-gesa. “Akh, ana rasa
akhwat itu mengenal ana! Antum tadi lihat nggak ekspresi wajahnya, saat ana beradu
pandang dengan akhwat itu! Dia terlihat terkejut, dan dia langsung meninggalkan tempat
pembagian oleh-oleh untuk para jamaah! Akhwat itu terlihat sangat terburu-buru sekali”
ucapku serius.
“Iya akh, tuh akhwat gimana nggak lari! Lah antum, ngelihatin akhwat kayak mau
gebukin maling. Terang aja dia lari!” setelah itu Samsul terlihat serius sambil
mengucapkan “Atau mungkin dia terpesona kali akh, sama antum. Biasalah, siapa yang
nggak terpesona dengan antum. Pangeran tampan dari negeri kodok” ucap Samsul
dengan masih mengunyah kue yang hampir habis, sambil cekikikan sendiri.
“Hem, nih Ikhwan! Becanda mulu’, apa nggak ingat kalau sering tertawa itu bisa
mematikan hati!” jawabku jengkel.
Sambil cengengesan Samsul mengatakan “Afwan akh, afwan!”
Saat kami semua sudah mendapatkan bingkisan masing-masing, dan bergegas
pulang. Dan pada saat kami akan pulang, aku menyempatkan memeriksa bingkisan yang
sedang berada digenggamanku. Dan ternyata “masya Allah, berisi uang saratus ribuan”
gumamku dalam hati.

Monday, December 5, 2011

Apa itu Amanah dalam Islam?

Apa itu Amanah dalam Islam?
Majalah Muslim - Kita sering mendengar kata amanah ini diucapkan dalam kehidupan, misalnya ketika mengangkat seseorang untuk menduduki suatu posisi yang diamanahkan kepadanya. Walaupun banyak dari mereka ketika menerima suatu jabatan, merasa bahagia dan bangga sehingga mereka berani disumpah saat menerima amanah tersebut.

Entah mereka tidak sadar atau memang tidak peduli, sebenarnya mereka telah mengikat diri mereka dalam ikatan janji dengan Allah subhanahu wata’ala saat menerima amanah tersebut, karena amanah yang mereka terima akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak.

Dalam bahasa Arab, kata amanah dapat diartikan sebagai titipan, kewajiban, ketenangan, kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan. Dari pengertian bahasa dan dari pemahaman tematik al-Qur’an dan hadits, amanah dapat difahami sebagai sikap mental yang di dalamnya terkandung unsur kepatuhan kepada hukum, tanggung jawab kepada tugas, kesetiaan kepada komitmen, keteguhan dalam memegang janji.

Dalam perspektif agama Islam, amanah memiliki makna dan kandungan yang luas, di mana seluruh makna dan kandungan tersebut bermuara pada satu pengertian bahwa setiap orang merasakan bahwa Allah subhanahu wata’ala senantiasa menyertainya dalam setiap urusan yang diberikan kepadanya, dan setiap orang memahami dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung jawaban atas urusan tersebut.

Dalam Islam, amanah ada pada setiap orang. Setiap orang memiliki amanah sesuai dengan apa yang dibebankan kepadanya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dalam memelihara harta tuannya dan ia akan ditanya pula tentang kepemimpinannya”. (HR Imam Bukhari).

Bagi seorang muslim, amanah adalah sebuah kewajiban yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah mengajarkan seorang muslim untuk saling mewasiati dan memohon bantuan kepada Allah subhanahu wata’ala dalam menjaganya, bahkan ketika seseorang hendak bepergian sekalipun setiap saudaranya seharusnya mendoakannya : “Aku memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Ia terus menjaga agama engkau, amanah dan akhir amalan engkau”. (HR Imam Tirmidzi).

Allah memerintahkan seorang muslim untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. Menjadikan seorang muslim untuk turut serta ambil bagian dalam upaya-upaya penyampaian amanat kepada yang berhak ini.

Allah berfirman :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS An Nisaa’ 4 : 58)

Untuk menentukan siapa orang yang berhak dan sanggup menerima suatu amanah, kita diberikan perdoman oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Orang tersebut haruslah kompeten.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”. Sahabat bertanya, “ Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?”. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhari dan Muslim).

Kompetensi ini hendaknya bersifat menyeluruh, jadi bukan hanya sekedar keahlian dibidang yang akan dibebankan kepadanya, tapi juga mencakup kedekatannya dengan Allah dan baiknya sifat yang dimilikinya. Kompetensi inilah yang dipunyai oleh Nabi Yusuf AS, seorang Nabi yang sangat dekat kepada Allah, bersifat amanah, dan memiliki keahlian di bidangnya.

Hal ini diabadikan dalam Al Quran :

Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS Yusuf 12 : 55)

Kompetensi menyeluruh inilah yang harus dikedepankan. Kita tidak boleh memilih pemimpin karena pertimbangan hawa nafsu dan kekerabatan (nepotisme). Jika hawa nafsu dan kekerabatan yang dikedepankan, maka kita telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar. Khianat kepada Allah, Rasul dan orang-orang beriman.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menegaskan : “Barang siapa mengangkat seseorang berdasarakan kesukuan atau fanatisme, sementara di sampingnya ada orang lain yang lebih disukai Allah dari padanya, maka ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman”, (HR Imam Al-Hakim)

Beratnya tanggung jawab yang mengintai bagi seseorang yang dibebani amanah, tidak serta merta membuat orang tersebut boleh lari dari kewajiban menunaikan amanah. Jika amanah dipercayakan kepadanya karena kompetensinya, maka ia wajib menunaikannya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Orang yang diserahi amanah ini, akan mendapatkan kebaikan yang banyak jika menunaikan amanah pun akan mendapatkan keburukan yang banyak jika amanah ini di khianati. Seorang mukmin menyadari hal ini, karenanya ia akan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Karena Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al Anfaal 8 : 27)

Pentingnya penunaian amanah dalam Islam, hingga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, sahabat Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah tidak pernah berkhutbah untuk para sahabat kecuali beliau bersabda : “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pandai memeliharanya”.

Wallahu a’lam bishshawab …
@Fastabiqul Khairat

Sunday, December 4, 2011

Apa itu Hukum Karma dalam Islam?

Ilustrasi memohon pertolongan
Majalah Muslim - Seringkali kita mendengar kata kata ketika seseorang menerima suatu musibah, lalu yang lain berkomentar bahwa dia telah menerima karma akibat perbuatannya. Atau ketika seseorang berbuat tidak baik pada orang lain, maka ada saja yang berkomentar bahwa suatu hari dia akan mendapatkan karma atas apa yang telah dilakukannya.

Sebenarnya Islam tidak mengenal apa itu karma, karena karma adalah bagian dari kepercayaan Hindu-Budha. Karma tidak terpisahkan dengan ajaran reinkarnasi, yang menyatakan bahwa setelah seseorang meninggal akan kembali ke bumi dalam tubuh yang berbeda. Jadi, mereka meyakini hidup berulang kali di dunia, mesklipun dengan wujud yang berbeda. Tentang nasib, tergantung karma yang diperbuatnya dikehidupan sebelumnya.

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya." Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS Al-'Imran 3 : 9)

Jadi , balasan bagi orang dzalim bisa saja disegerakan di dunia agar segera bertaubat , namun bisa juga diberikan balasan saat di akhirat nanti, demikian juga dengan orang yang berbuat baik. Bisa diberi kebaikan segera oleh Allah didunia tapi juga bisa diberi balasan surga nanti saat di akhirat.
“Sesungguhnya balasan (suatu amalan) sesuai dengan amalan itu sendiri”. (HR Bukhari Muslim)

Maka jika amalannya baik, maka balasanya pun baik dan sebaliknya bila amalan tersebut jelek maka balasannyapun jelek. Oleh sebab itu sebagian ulama mengatakan sebaik-baik balasan sebuah amal shaleh adalah amal shaleh yang mengiringinya, suatu hal yang menunjukkan bahwa sebuah amalan diterima disisi Allah adalah keta’atan yang diiringi oleh keta’atan.
Dalam Islam, musibah yang menimpa, memang kadang bisa diartikan dengan balasan, tapi kadang pula berarti pembersih dosa dan terkadang berarti ujian. Orang yang terlanjur berbuat dosapun tidak menutup kemungkinan untuk bertaubat, sehingga efek dosa bisa tercegah, baik di dunia maupun di akhirat.

Para alim-ulama berkata : "Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadiantara seorang hamba dan antara Allah Ta'ala saja, yakni tidak ada hubungannya dengan hak seorang manusia yang lain, maka untuk bertaubat itu harus menetapi tiga macam syarat, yaitu : Pertama hendaklah menghentikan sama sekali, seketika itu juga, dari kemaksiatan yang dilakukan, kedua ialah supaya merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan tadi dan ketiga supaya berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut di atas itu ada yang ketinggalan maka tidak sahlah taubatnya. Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan sesama manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam, yaitu tiga syarat yang tersebut di atas dan keempatnya ialah supaya melepaskan tanggungan itu dari hak kawannya. Maka jikalau tanggungan itu berupa harta atau yang semisal dengan itu, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang berhak tadi, jikalau berupa dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka hendaklah mencabut dakwaan tadi dari orang yang didakwakan atau meminta saja pengampunan daripada kawannya dan jikalau merupakan pengumpatan, maka hendaklah meminta penghalalan yakni pemaafan dari umpatannya itu kepada orang yang diumpat olehnya. Seseorang itu wajiblah bertaubat dari segala macam dosa, tetapi jikalau seseorang itu bertaubat dari sebagian dosanya, maka taubatnya itupun sah dari dosa yang dimaksudkan itu, demikian pendapat para alim-ulama yang termasuk golongan ahlul haq, namun saja dosa-dosa yang lain-lainnya masih tetap ada dan tertinggal - yakni belum lagi ditaubati. Sudah jelaslah dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam serta ijma' seluruh umat perihal wajibnya mengerjakan taubat itu.

dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (QS Huud 11 : 3)

Sesungguhnya Allah merentangkan tanganNya pada malam hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada siang hari dan merentangkan tanganNya pada siang hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada malam hari, sampai kelak matahari terbit dari Barat (hari kiamat). (HR. Muslim)
@Fastabiqul Khairat

Tuesday, November 22, 2011

Dilarang berdebat dalam Agama

Majalah Muslim - Ketika beberapa lama tidak bertemu seorang sahabat yang sudah pernah menutupi aurat dengan jilbab walaupun masih belum sempurna, lalu melihatnya dalam keadaan sudah tidak menutupi auratnya lagi, membuat hati ini merasa sedih dan tidak dapat menerimanya.

Betapa mudahnya keimanan itu mencair seiring waktu, ketika seseorang menjalani hidupnya tanpa usaha untuk meningkatkan nilai keimanan didada. Sehingga ketika dicoba untuk mengingatkannya masalah wajibnya bagi perempuan untuk menutup auratnya, sahabat itu berdalih bahwa dia tidak ingin berdebat mengenai hal itu demi menjaga persahabatan.

Padahal tidak ada yang perlu diperdebatkan atas segala hal yang telah menjadi ketetapan Allah subhanahu wata’ala, karena kita semua hanyalah makhluk ciptaan Nya yang wajib patuh dan ta’at atas semua aturan dan ketentuan yang telah diberikan Nya melalui ajaran yang telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dari hal tersebut. Dalam Ash-Shahihain dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Bacalah Al-Qur`an selama hati-hati kalian masih bersatu, maka jika kalian sudah berselisih maka berdirilah darinya”.

Dan dalam Al-Musnad dan Sunan Ibnu Majah dan asalnya dalam Shahih Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Amr : “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat) sedang berselisih tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan sebagian Al-Qur’an dengan sebagiannya!! Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa”.

Bahkan telah datang hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzy dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja”.

Imam Ahmad rahimahullah berkata : “Pokok-pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa yang para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atasnya dan mencontoh mereka. Meninggalkan semua bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. Meninggalkan permusuhan dan (meninggalkan) duduk bersama orang-orang yang memiliki hawa nafsu. Dan meninggalkan perselisihan, perdebatan dan permusuhan dalam agama”.

Perdebatan Yang Tercela :

Yaitu semua perdebatan dengan kebatilan, atau berdebat tentang kebenaran setelah jelasnya, atau perdebatan dalam perkara yang tidak diketahui oleh orang-orang yang berdebat, atau perdebatan dalam mutasyabih (Yaitu ayat-ayat yang kurang jelas maknanya pada sebagian orang karena adanya beberapa kemungkinan makna) dari Al-Qur’an atau perdebatan tanpa niat yang baik dan yang semisalnya.

Perdebatan Yang Terpuji :

Adapun jika perdebatan itu untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskannya, yang dilakukan oleh seorang ‘alim dengan niat yang baik dan konsisten dengan adab-adab (syar’iy) maka perdebatan seperti inilah yang dipuji. Allah Ta’ala berfirman :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An Nahl 16 : 125)

[845]. Hikmah : ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (QS Al ‘Ankabuut 29 : 46)

[1154]. Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah : orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." (QS Huud 11 : 32)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Tidak ada satu kaum yang tersesat setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berjidal (debat untuk membantah)." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat : "Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. [QS Az-Zukhruf 43 : 58]” (HSR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Wallahu a’lam bishshawab ….
@Fastabiqul Khairat

Sunday, November 20, 2011

Apa itu Munafik dalam Islam?

Monyet Berkacamata
Majalah Muslim - Munafik merupakan satu kata yang membuat kita yang mendengarnya langsung merasa tidak nyaman, terutama saat telunjuk orang mengarahkan kata kata tersebut kediri kita. Naudzu billah min zaliq.

Namun dalam kehidupan sehari hari, kita banyak sekali berurusan dengan hal hal yang bersifat munafik tadi. Misalnya saja, meskipun tidak senang, kadang kadang seseorang harus berusaha untuk tetap menunjukkan seolah olah dia menyukai tindakan yang dilakukan oleh orang lain, atau kadang kadang kita mengucapkan kata kata yang lain dan dihati lain dimulut.

Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : "Tanda orang munafik ada tiga : jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat." (HR. Bukhari Muslim)

Jabatan sering membuat manusia melakukan tindakan munafik ini, karena begitu banyak kata kata yang telah dikeluarkan, sehingga kadang kadang dia sendiri tidak dapat membedakan kata kata yang benar dan kata kata yang dusta. Dalam berjanjipun seseorang yang pernah begitu bersemangat dalam menyampaikan janji janji kepada masyarakat banyak hanya demi pemilihan dirinya, begitu dia atau mereka terpilih, maka janjipun hilang disapu kabut tak pernah ditepati.

Dalam beribadahpun orang-orang munafik sering mempercepatkan shalat tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun. Tidak ada ketenangan dalam mengerjakannya, dan hanya sedikit mengingat Allah subhanahu wata’ala di dalamnya. Fikiran dan hatinya tidak menyatu. Dia tidak menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah subhanahu wata’ala dalam shalatnya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu `anhu dia mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabada : “Itulah shalat orang munafik. Dia duduk menunggu matahari, sampai matahari telah berada diantara dua tanduk setan, baru mengerjakan shalat empat rakaat, tidak mengingat Allah di dalam shalatnya kecuali sedikit.” (HR. Muslim)

Bahkan dalam bercandapun, adakalanya muncul kemunafikan, dimana seseorang melakukan lawakan dengan mengeluarkan kata kata dusta, hanya demi membuat orang lain tertawa.

Hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad dengan sanad Jayid : "Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya. Yaitu seseorang yang berdusta agar orang-orang tertawa."

Wallahu a’lam bishshawab ...
@Fastabiqul Khairat

Monday, November 14, 2011

Assalamu'alaikum


Majalah Muslim - Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh … Begitu salam yang sering kita dengar saat kita menelpon atau ketika kita bertemu dengan saudara muslim lainnya. Dimana merupakan sunnah untuk mengucapkan salam seperti itu sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalalllahu ‘alaihi wasallam, dan wajib untuk menjawabnya, namun ketika salam diucapkan oleh seseorang keseluruh jama’ah, maka hukumnya menjadi fardhu kifayah, dimana seorang saja yang menjawab berarti sudah mewakili jama’ah lainnya.

Syaikh Shalih bin Fauzan, beliau menyatakan bahwa : "Wajib hukumnya menjawab salam jika mendengarnya dari orang secara langsung atau melalui media tulisan atau media elektronik yang ditujukan untuk pembacanya atau pendengar. Hal ini berdasarkan pada keumuman dalil tentang wajibnya menjawab salam." Fatwa tersebut dimuat dalam al Muntaqa min Fatawa al Fauzan fatwa untuk pertanyaan no 511.

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS An Nisaa’ 4 : 86)

Penghormatan dalam Islam ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.

Rasulullah bersabda, "Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada lima : menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin." (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Menurut Imam al Qurthubi, maksud tahiyah dalam ayat diatas sesuai pendapat yang shahih dari beberapa pakar tafsir adalah salam. Ulama juga sepakat bahwa memberi salam hukumnya sunah dan menjawabnya wajib. Mereka hanya berselisih pendapat tentang apakah kewajiban menjawab gugur jika salah seorang sudah menjawabnya? Imam Malik dan asy Syafi'i menyatakan gugur kewajibannya sedang al Kufiyun (para ulama Kufah) menyatakan tetap menjadi fardhu kifayah. Bahkan Imam Qatadah dan al Hasan mengatakan bahwa seorang yang tengah shalat harus menjawab salam jika salam ditujukan padanya dan hal itu tidak membatalkan shalatnya. Dengan demikian saat mendengar ceramah dari kaset ataupun radio dan diucapkan salam hendaknya kita menjawabnya. Demikian pula saat membaca surat yang ditujukan pada kita, bisa dengan ucapan atau tulisan. Perlu diingat bahwa sunah apalagi kewajiban, apapun, yang diperintahkan syariat tak sepatutnya diremehkan.

Menjawab salam memang wajib dan memberi salam memang sunah. Namun demikian ada beberapa kondisi dimana seseorang sebaiknya tidak memberi salam. Diantaranya adalah; kepada orang yang tengah buang hajat, orang yang sedang adzan maupun shalat, sedang mengantuk, orang yang dimulutnya ada makanan dan sedang membaca al Qur'an dan talbiyah saat ihram.

Ibnu Umar ra menyebutkan, "Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak menjawabnya". (HR. Muslim)

Wallahu a’lam bishshawab
@Fastabiqul Khairat

Sunday, November 13, 2011

Apa itu Mahar dalam pernikahan di Islam?

Apa itu Mahar dalam pernikahan di Islam?
Majalah Muslim - Mahar merupakan salah satu syarat untuk terpenuhinya pernikahan, dimana mahar merupakan pemberian calon mempelai laki laki kepada calon mempelai wanita, dimana nilainya ditentukan oleh mempelai wanita sendiri dan dalam pelaksanaannya nanti nilai tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Karena itulah Mahar merupakan tanda kesungguhan dari laki laki untuk menikah, dimana Allah berfirman dalam Al Qur'an :

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan[267]. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya (QS An-Nisaa’ 4 : 4)

[267]. Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan memberikan mahar kepada wanita yang hendak dinikahi, maka hal tersebut menunjukkan bahwa mahar merupakan syarat sah pernikahan. Pernikahan tanpa mahar berarti pernikahan tersebut tidak sah, meskipun pihak wanita telah ridha untuk tidak mendapatkan mahar. Jika mahar tidak disebutkan dalam akad nikah maka pihak wanita berhak mendapatkan mahar yang sesuai dengan wanita semisal dirinya (’Abdurrahman bin Nashr as-Sa’di dalam Manhajus Salikiin hal. 203).

Dengan berkembangnya zaman, wanita semakin menyadari akan hak hak yang dimilikinya secara syar'i, namun kembali kepada ajaran Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bahwa pernikahan itu merupakan sunnah rasulullah atas ummatnya, maka dalam penentuan nilai maharpun, Rasulullah mengatakan dalam haditsnya : “Sebaik-baik mahar adalah mahar yang paling mudah (ringan).” (HR. al-Hakim : 2692, beliau mengatakan “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari Muslim.”)


Jadi dalam penentuan mahar, bukanlah dilihat dari jumlah harta yang diberikan tapi bisa juga dilihat dari nilai lainnya yang lebih mulia dimata Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana kisah Ummu Sulaim yang menerima mahar berupa keIslaman Abu Thalhah.

Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.

Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan uang, emas, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan.

Namun, mahar bisa berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama bukan perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang perlu kalian tahu wahai saudariku, berdasarkan hadits dari Anas yang diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda : “Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar, diantaranya dalam sabda beliau adalah : “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)

Mudah2an hal ini bisa membuka mata hati wanita muslimah dalam menuju pintu pernikahan kelak ... Aamiin ya Rabb ...

Wallahu a’lam bishshawab
@Fastabiqul Khairat

Saturday, November 12, 2011

Siapa yang mau Nikah duluan?

Majalah Muslim - Sob,....
1.Kalo ditanya "SIAPA YG MAU NIKAH DULUAN???"
apa jawaban anda ???

2.Kalo ditanya "SIAPA YG MAU SEHAT, BERKECUKUPAN DULUAN ???"
Apa jawaban anda ???

3.Kalo ditanya "SIAPA YG MAU MATI DULUAN ???"
Apa jawaban anda ???

MasBro kiy Lha ngopo (kenapa) kok pertanyaan yg awalnya membuat semangat trus diakhir kok malah MEDHENI (menakutkan) kiy lho ???

Ngene(begini) Lho Sob....
sebenarnya dari ke 3 point diatas ada 1 persamaan namun lain kondisi. Lha opo???
Persamaan dari ke 3 point diatas semua (Jodoh, Rizki,Mati) adalah rahasia & HAK Prerogratif Allah,...!!!

Trus apakah dengan itu trus pasrah bongkok an (pasrah sepasrah2nya) trus ga berusaha ??? Ga sob,... Kita ga tau hasil akhir kita 2,3 5 atau 10 thn kedepan.
Yg kita bisa ikhtiyar dari sekarang dan persiapkan rasa ikhlas di hasil akhir penentuan dari ALLAH, karena alhamdulillah ALLAH tidak hanya menilai HASIL tapi proses & cara menuju kesana.

Intinya semua butuh Persiapan, perbaikan diri agar kita PANTAS menerima yg terbaik, SEKALI LAGI INTINYA adalah KITA MEMANTASKAN DIRI untuk menerima yg terbaik, jika itupun belum terwujud itulah nilai ibadah dimana UJIAN bagi orang2 yg beriman, makanya jangan kaget kalo anda sealu dalam masalah bisa jadi itu salah satu Ujian Allah unt meningkatkan derajat hambaNYA YANG BERIMAN, atau bisa jadi akumulasi (penambahan) dari kecerobohan kita dimasa lalu yg berimbas dimasa kini, namun itupun bisa bernilai ibadah jika menyikapinya dengan memaksa belajar sabar & ikhlas,...

Mumpun ada Mobil kosong niech,...
siapa yg mau jadi penumpang pertama ????
(Niatnya bikin mobil tapi kok mirip TRUCK yach ???- hanllah anggap azza MOBIL JENAZAH yach... (rada maksa dikiit!!!))

──────▄▌▐▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▌
───▄▄██▌█ ░ MOBIL JENAZAH-Siapa yg mau Jadi penumpang Pertama ?
▄▄▄▌▐██▌█ ░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░▐
███████▌█▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▌
▀❍▀▀▀▀▀▀▀❍❍▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀❍❍▀▀ ===????

Kalo antri sembako biasanya pada ribut antri duluan,....

Tapi kalo diDitawarin jadi penumpang Mobil jenazah ???
siapa yg mau pertama kali ???

(yacchhh kalo MasBro mah,... LADIES FIRST dach,... !!!
(hehehehe,.. padune wedhi- alesan takut- karena masih banyak dosa!!!)

^___^!
Image dari temen diedit dikit...
@PANTI JOMBLO sebelum HALAL

Thursday, November 10, 2011

Muhasabah Ikhlas

Muhasabah Ikhlas
Majalah Muslim - Ikhlas bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia karena kata kata ini sangat mudah untuk diucapkan namun pada kenyataannya bagi sebagian kita ikhlas ini lumayan berat untuk dilaksanakan.

Bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Berbahagialah orang-orang yang (beramal dengan) ikhlas, mereka adalah lampu-lampu petunjuk yang segala fitnah yang diserupakan dengan kegelapan menjadi kelihatan jelas dari (karena) mereka” (Riwayat Abu Nu’aim Tsauban)

Begitu seringnya kata kata ini kita ucapkan, sehingga saking hafalnya, sebagian kita sering merasa telah ikhlas dalam berbuat sesuatu, padahal sejujurnya bagaimana mungkin bisa dikatakan ikhlas bila dalam berbuat, jika kita masih saja mengeluh ketika hasil perbuatan baik yang dilakukan terhadap seseorang ternyata tidak dibalas dengan kebaikan juga, atau ketika kita berbuat suatu perbuatan baik maupun amalan ibadah yang menurut kita ikhlas, namun masih saja kita sibuk memberitahukan kesetiap orang akan perbuatan amalan yang dilakukan?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri (HR Muslim no. 2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash)
Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.

Ibnul Mubarak mengatakan : “Jadilah orang yang suka mengasingkan diri (sehingga amalan mudah tersembunyi), dan janganlah suka dengan popularitas.”

Imam Asy Syafi’i mengatakan : “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak (Lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afaniy,hal. 230-232,Darul ‘Afani, cetakan pertama, 1421 H)

Amalan yang tiada keikhlasan akan menjadi sia sia ketika tidak dilakukan karena Allah semata, karena Allah akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Jaminan yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan dalam kisah perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang mengajaknya melakukan kemaksiatan. Dalam hal ini Allah akan senantiasa memelihara hambaNya yang mukhlis dari perbuatan keji dan maksiat.

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS yusuf 12 : 24)

Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata dia tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.

Orang yang mukhlis juga mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan bujuk rayu syetan. Syetan sendiri mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan orang-orang yang beramal dengan ikhlas.

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS Al-Hijr 15 : 39-40)

Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah subhanahu wata’ala.

Wallahu a’lam bishshawab …
@Fastabiqul Khairat

Cara memanfaatkan waktu yang tersisa

Jam Pasir
Majalah Muslim - Setiap helaan nafas yang kita lakukan merupakan waktu hidup yang telah diberikan Allah subhanahu wata’ala terhadap setiap manusia didunia ini, agar dapat memanfaatkannya untuk kembali kepada Nya.

Sebagian kita menyadari bahwa dunia merupakan persinggahan sementara yang hanya dimiliki oleh masing masing insan selama umur diberikan Allah dengan batasan yang hanya Allah aza wa jalla saja yang mengetahui akhirnya, sehingga menyadari bahwa merupakan kebodohanlah jika menyia nyiakan waktu hidup yang hanya datang sekali. Sementara sebagian lain justru memanfaatkan hidup yang sekali ini demi kesenangan duniawi mereka.

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS Al Hijr 15 : 3)

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata : “Dunia berjalan meninggalkan manusia sedangkan akhirat berjalan menjemput manusia, dan masing-masing memiliki generasi. Maka jadilah kalian generasi akhirat dan janganlah kalian menjadi generasi dunia. Karena hari ini (di dunia) yang ada hanyalah amal dan belum dihisab sedangkan besok (di akhirat) yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi amal.”

Sebagai ummat muslim, kita diberikan pedoman sebagai pegangan hidup didunia ini agar tidak menimbulkan penyesalan diakhirat nanti. Sebagaimana yang telah sering diperingatkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa waktu yang ada sebaiknya dimanfaatkan demi kehidupan dunia akhirat, karena penyesalan diakhirat nanti tidak akan ada gunanya lagi, karena waktu takkan pernah kembali untuk manusia memperbaiki semua kesalahan selama hidup, disaat Allah telah mengambil ruh yang pernah dipinjamkan Nya kepada masing masing insan.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda : “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. (HR. Al-Bukhariy no.6418)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata : “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya (yaitu) : nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhariy dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Sebelum Allah menciptakan segala sesuatunya maka Allah menciptakan Qalam dan Qalam inilah yang menuliskan segala sesuatu yang akan terjadi di dunia yang Allah (melalui Qalam) menuliskan dalam kitab Lauh Mahfudz.

Sebuah daun yang jatuh, jumlah pasir di bumi, tetesan hujan, hingga bergesernya sebuah batu didasar laut sekalipun atas izin dan kehendak Allah, bahkan diamnya dari sebuah mahluk sekalipun atas izin dan kehendak Allah.

Rasulullah pun melarang kita untuk pasrah pada keadaan sebagaimana hadits dari Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tak seorangpun dari kamu kecuali telah tertulis tempatnya di syurga atau tempatnya di neraka" Kemudian (sahabat) bertanya : "Ya Rasulullah, apakah kita tidak menyerah saja" (Dalam suatu riwayat disebutkan "Apakah kita tidak menyerah saja pada catatan kita dan meninggalkan amal)". Beliau menjawab : "Jangan, beramallah, setiap orang dipermudah (menuju takdirnya)". (Dalam suatu riwayat disebutkan : "Beramallah, karena setiap orang dipermudah menuju sesuatu yang telah diciptakan untuknya"). Orang yang termasuk ahli kebahagian, maka dia dipermudah menuju perbuatan ahli kebahagiaan. Adapun orang yang termasuk ahli celaka, maka dia dipermudah menuju perbuatan ahli celaka". Kemudian beliau membaca ayat : "Adapun orang yang memberi dan bertaqwa dan membenarkan kebaikan, maka Aku akan mempermudahnya menuju kemudahan. Adapun orang yang bakhil dan menumpuk kekayaan dan mebohongkan kebaikan, maka Aku akan mempermudahnya menuju kesulitan". (HR Bukhari)

Wallahu a’lam bishshawab
@Fastabiqul Khairat

Kita bahagia untuk apa?



Majalah Muslim - Tujuan utama setiap insane hidup didunia ini adalah untuk mencari kebahagiaan, baik yang kaya materi maupun yang tidak. Meskipun kebanyakan manusia meng identikkan kebahagiaan itu dengan banyaknya harta yang dimiliki, namun sebenarnya banyak juga kita lihat orang kaya yang hidup tidak tenang dan merasa kesusahan, sementara ada juga orang yang kurang mampu, menikmati hidupnya dengan penuh kebahagiaan.

Nilai relatif dari kebahagiaan inilah yang harus membuat manusia hati hati dalam menyikapi hidup. Karena tidak jelasnya tolok ukur dalam menentukan nilai kebahagiaan yang sesungguhnya, mengakibatkan nilai dari kebahagiaan itu amat susah untuk ditentukan.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan (QS Al Kahfi 18 : 46)

Begitu absurdnya cara menentukan letak kebahagiaan itu membuat sebagian manusia berambisi untuk memenuhi dirinya dengan nafsu, hanya demi mencapai kebahagiaan yang diinginkannya. Sehingga mereka kadang menggunakan jalan-jalan yang terlarang, bahkan mereka berani melakukan tindak kejahatan ...

Namun apa yang mereka lakukan itu ternyata tidak pernah menemukan kepuasan dan kebahagiaan, kalaupun sepintas ia merasa menemukannya tetapi itu hanyalah semu dan sesaat kemudian sirna kembali, tidak langgeng dan mendalam sampai ke lubuk hati. Bahkan semakin ia kejar kepuasan tersebut akan terasa semakin banyak pula kepuasan yang belum ia raih. Ia seperti mengejar bayang-bayang yang tak pernah kesampaian.

Untuk itu Islam senantiasa memberi peringatan kepada kita agar tidak menjadikan nafsu sebagai ukuran dalam menentukan kebahagiaan hidup. Bahkan kita harus waspada terhadap nafsu, karena nafsu selalu cenderung menggiring kita untuk melakukan perbuatan yang buruk. Nafsu memang ada manfaatnya bagi kita bilamana dikendalikan dengan baik, antara lain bisa memberi semangat kerja serta semangat untuk beramal yang positif. Tetapi bila tak terkendali maka nafsu itu akan menyeret kita kepada perbuatan yang buruk.

Karena itu hendaklah kita kendalikan nafsu dengan baik, kita bimbing dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, serta senantiasa kita waspadai bahaya laten nafsu yang tak mungkin bisa kita hilangkan itu. Insya Allah dengan demikian kepuasan dan kebahagiaan hidup yang hakiki dapat kita peroleh.

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang (QS Yusuf 12 : 53)

Sebenarnya yang paling sering menjadikan gagalnya seseorang dalam mencapai kebahagiaan ialah karena tidak punya pegangan hidup atau salah dalam memilih pegangan hidup. Hal ini menyebabkan ia terjebak ke dalam perjalanan hidup yang tak tentu arahnya dan akibatnya dia hanya mengejar kebahagiaan yang semu (fatamorgana). Akhirnya secara tak sadar ia akan terjerumus ke lembah kesengsaraan yang abadi.

Karena itu hendaklah dalam hidup ini kita mempunyai pegangan hidup yang jelas dan benar, serta senantiasa memperkokoh pegangan hidup tersebut jangan sampai terguncang oleh godaan-godaan yang ada di dunia ini. Allah subhanahu wata’ala telah mengajarkan kepada kita untuk selalu berpegang pada pedoman Al Qur’an dan Sunnah RasulNya.

Al Qur’an adalah Hudallinnas (petunjuk buat sekalian manusia) yang di dalamnya berisi pokok-pokok ajaran tentang berbagai bidang kehidupan. Ajaran filsafat, hukum, ekonomi, sosial bahkan politik dan teknologi.

Sedangkan Sunnah Rasulullah adalah penjelasan dari pokok-pokok ajaran tersebut agar kita dapat secara praktis mengikutinya.

Siapa yang berpegangan pada keduanya di jamin akan mendapat kebahagiaan hidup yang sejati dan abadi dan tidak akan sesat selama-lamanya.

Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus (QS Ali Imran 3 : 101)

Wallahu a’lam bishshawab …
@Fastabiqul Khairat

Wednesday, November 9, 2011

Tanda Kiamat di Masjidil Haram

Tanda Kiamat di Masjidil Haram
Majalah Muslim - Masjidil Haram tidak asing buat kita. Di sanalah lembah peradaban Islam bersinar ke seluruh bumi Allah ini. Lembah terjaga yang insya Allah akan terjamin keamanannya hingga akhir zaman. Di sana ada Baitullah yang menjadi kiblat umat Islam sejagat, ke arah lembah inilah setiap saat wajah wajah mukminin mukminat terarah, menghadapkan wajahnya kepada simbol rumah Allah, Baitullah.

Lembah ini tak pernah sepi dikunjungi jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia, tak heran, banyak yang ketagihan dan merasakan rindu yang mendalam ketika sudah merengkuh nikmatnya shalat di Masjidil Haram tepat di hadapan Baitullah.

Namun ada yang berbeda, di Masjidil Haram saat ini. Mungkin kebanyakan orang biasa biasa saja melihat banyak perubahan di sekitar Masjidil Haram. Mungkin juga mereka tersenyum terkagum-kagum melihat gedung-gedung mewah yang berdiri kokoh di samping Masjidil Haram saat ini.

Menurut beberapa sumber, gedung yang dibangun di halaman Masjidil Haram diatas dikenal dengan sebutan “Mecca Royal Clock Hotel Tower” yang direncanakan berketinggian lebih dari 601 meter!

Perhatikan gedung yang dibangun di pinggir Al Haram ini lebarnya luar biasa. Bandingkan saja dengan gedung lain, Albraj Albait atau The Royal Clock Tower Meca ini memiliki luas 1,500,000 (1 juta) meter persegi. Antum bisa bayangkan berapa banyak bangunan di sana yang digusur dan berapa lahan bukit sebelah Masjid Al Haram yang dibongkar?

Kita semua pasti ingin menangis, melihat bumi Allah dirusak dengan mesin-mesin raksasa itu. Debu-debu beterbangan di sekitar Masjid Haram. Masya Allah. Informasi juga dari aktifitas yang ana lihat, mungkin bukit di sekeliling masjid di lembah itu akan diratakan.

Jika sudah rata, bukankah lembah suci yang terjaga sejak zaman Nabiyullah Ibrahim as. itu tidak ada lagi dan berubah menjadi taman kota dengan gedung pencakar langit?

Siapa penghuni apartemen mewah itu nanti? Siapa? Akankah ini dijadikan lahan bisnis atau kepentingan politik. ALLAHUAKBAR!

Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Kedua kakinya menghimpit kedua kaki Rasulullah, dan kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata : "Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia bertanya lagi : "Kini beritahu aku tentang iman." Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qadar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata : "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan." Rasulullah berkata : "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda." Dia bertanya lagi : "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab : "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi : "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab : "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar : "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lantas berkata : "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)

"BERLOMBA LOMBA MEMBANGUN GEDUNG BERTINGKAT" itulah salah satu tanda-tanda kiamat yang dikatakan Rasulillah Muhammad Salallahu alaihi wassalam dalam Hadits tersebut.

Rasul Shalallahu ’alaihi wassalam mengabarkan kepada sahabat bahwa nanti sebelum kiamat terjadi, manusia akan berlomba-lomba membangun gedung bertingkat tingkat. Mungkin saat Itu para sahabat kebingungan karena saat itu Saudi Arabia adalah gurun tandus dan memang belum ada kota kota gemerlap seperti saat ini?

Dan saat ini. Naudzubillahimindzalik, gedung-gedung angkuh itu telah mendesak pekarangan Masjidil Haram. Dan bukit bukit di sekitar lembah di mana Nabi Ibrahim as. dan putranya mendirikan tonggak-tonggak Baitullah itu sekarang dihancurkan dan diganti dengan gedung-gedung komersial serakah.

Subhanallah .. semoga Allah mematikan kita semuanya dengan husnul khatimah dalam keadaan beriman ... Aamiin ya Rabb

Wallahu a'lam bishshawab ...
@Fastabiqul Khairat

Sunday, November 6, 2011

30 Kesalahan yang sering terjadi saat sholat

Majalah Muslim - "Sesungguhnya yang petama kali akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah perkara shalat. Jika Shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalan ibadah lainnya, kemudian semua amalannya akan dihitung atas hal itu."(HR. An Nasa'I : 463)

Banyak orang yang lalai dalam shalat, tanpa sengaja melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak diketahuinya, yang mungkin bisa memubat amalan shalatnya tidak sempurna.kami akan paparkan kesalahan yang sering terjadi dalam shalat.

1. Menunda–nunda Shalat dari waktu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan pelanggaran berdasarkan firman Allah, "Sesungguhnya shalat suatu kewajiban yang telah ditetepkan waktunya bagi orang-orang beriman". (QS. An-Nisa : 103)

2. Tidak shalat berjamah di masjid bagi laki-laki. Rasullah bersabda, "Barang siapa yang mendengar panggilan (azan) kemudina tidak menjawabnya (dengan mendatangi shalat berjamaah), kecuali uzur yang dibenarkan". (HR. Ibnu Majah Shahih) Dalam hadits bukhari dan Muslim disebutkan. "Lalu aku bangkit (setelah shalat dimulai) dan pergi menuju orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjamaah, kemudian aku akan membakar rumah-rumah mereka hingga rata dengan tanah."

3. Tidak tuma'minah dalam shalat. Makna tuma'minah adalah, seseorang yang melakukan shalat, diam (tenang) dalam ruku'.i'tidal,sujud dan duduk diantara dua sujud. Dia harus ada pada posisitersebut, dimana setiap ruas-ruas tulang ditempatkan pada tempatnya yang sesuai. Tiak boleh terburu-buru di antara dua gerakan dalam shalat, sampai dia seleasi tuma'ninah dalam posisi tertentu sesuai waktunya. Nabi bersabda kepada seseorang yang tergegesa dalam shalatnya tanpa memperlihatkan tuma;minah dengan benar, "Ulangi shalatmu, sebab kamu belum melakukan shalat."

4. Tidak khusu' dalam shalat, dan melakukan gerakan-gerakan yang berlebihan di dalamnya. Rasulallah bersabda, "Sesungguhnya, seseorang beranjak setelah megnerjakan shalatnya dan tidak ditetapkan pahala untuknya kecuali hanya sepersepuluh untuk shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga atau setangah darinya. " (HR. Abu Dawud, Shahih) mereka tidak mendapat pahala shlatnya dengan sempurna disebabkan tidak adanya kekhusyu'an dalam hati atau melakukan gerakan-gerakan yang melalaikan dalam shalat.

5. Sengaja mendahului gerakan iman atau tidak mengikuti gerakan-gerakannya. Perbuatan ini dapat membatalkan shalat atau rakaat-rakaat. Merupakan suatu kewajiban bagi mukmin untuk mengikuti imam secara keseluruhan tanpa mendahuluinya atau melambat-lambatkan sesudahnya pada setiap rakaat shalat. Rasulallah bersabda, "Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti keseluruhannya. Jika ia bertakbir maka bertakbirlah, dan jangan bertakbir sampai imam bertakbir, dan jika dia ruku' maka ruku'lah dan jangan ruku' sampai imam ruku' ". (HR. Bukhari)

6. Berdiri untuk melngkapi rakaat yang tertinggal sebelum imam menyelesaikan tasyahud akhir dengan mengucap salam ke kiri dan kekanan. Rasulallah bersabda, "Jangan mendahuluiku dalam ruku', sujud dan jangan pergi dari shalat (Al-Insiraf)". Para ulama berpedapat bahwa Al-Insiraf, ada pada tasyahud akhir. Seseorang yang mendahului imam harus tetap pada tempatnya sampai imam menyelesaikan shalatnya (sempurna salamnya). Baru setalah itu dia berdiri dan melengkapi rakaat yang tertinggal.

7. Melafadzkan niat. Tidak ada keterangan dari nabi maupun dari para sahabat bahwa meraka pernah melafadzkan niat shalat. Ibnul Qayyim rmh menyatakan dalam Zadul-Ma'ad "Ketika Nabi berdiri untuk shalat beliau mengucapkan "Allahu Akbar", dan tidak berkata apapun selain itu. Beliau juga tidak melafalkan niatnya dengan keras.

8. Membaca Al-Qur'an dalam ruku' atau selama sujud. Hal ini dilarang, berdasarkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi bersabda, "saya telah dilarang untuk membaca Al-Qur'an selama ruku' atau dalam sujud." (HR. Muslim)

9. Memandang keatas selama shalat atau melihat ke kiri dan ke kanan tanpa alasan tertentu. Rasulallah bersabda, "Cegalah orang-orang itu untuk mengangkat pandangan keatas atau biarkan pandangan mereka tidak kembali lagi". (HR. Muslim)

10. Melihat ke sekeliling tanpa ada keperluan apapun.Diriwayatkan dari Aisyah, bahwa ia berkata, "Aku berkata kepada Rasulallah tentang melihat ke sekeliling dalam shalat Beliau menjawab, "Itu adalah curian yang sengaja dibisikan setan pada umat dalam shalatnya". (HR. Bukhari)

11. Seorang wanita yang tidak menutupi kepala dan kakinya dalam shalat. Sabda Rasulallah, "Allah tidak menerima shalat wania yang sudah mencapai usia-haid, kecuali jiak dia memakai jilbab (khimar)". (HR. Ahmad)

12. Berjalan di depan orang yang shalat baik orang yang dilewati di hadapanya itu sebagai imam, maupun sedang shalat sendirian dan melangka (melewati) di antara orang selama khutbah shalat Jum'at. Rasulallah bersabda, "Jika orang yang melintas didepan orang yang sedang shalat mengetahui betapa beratnya dosa baginya melakukan hal itu, maka akan lebih baik baginya untuk menunggu dalam hitungan 40 tahun dari pada berjalan didepan orang shalat itu". (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun lewat diantara shaf orang yang sedang shalat berjamaah, maka hal itu diperbolehkan menurut jumhur bedasarkan hadits Ibnu Abbas : "Saya datang dengan naik keledai, sedang saya pada waktu itu mendekati baligh. Rasulallah sedang shalat bersama orang –orang Mina menghadap kedinding. Maka saya lewat didepan sebagian shaf, lalu turun dan saya biarkan keledai saya, maka saya masuk kedalam shaf dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatan saya". (HR. Al-Jamaah). Ibnu Abdil Barr berkata, "Hadits Ibnu Abbas ini menjadi pengkhususan dari hadits Abu Sa'id yang berbunyi "Jika salah seorang dari kalian shalat, jangan biarkan seseorangpun lewat didepannya". (Fathul Bari: 1/572)

13. Tidak mengikuti imam (pada posisi yang sama) ketika datang terlambat baik ketika imam sedang duduk atau sujud. Sikap yang dibenarkan bagi seseorang yang memasuki masjid adalah segera mengikuti imam pada posisi bagaimanapun, baik dia sedang sujud atau yang lainnya.

14. Seseorang bermain dengan pakaian atau jam atau yang lainnya. Hal ini mengurangi kekhusyu'an. Rasulallah melarang mengusap krikil selama shalat, karna dapat merusak kekhusyu'an, Beliau bersabda, "Jika salah seorang dari kalian sedang shalat, cegahlah ia untuk tidak menghapus krikil sehingga ampunan datang padanya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad)

15. Menutup mata tanpa alasan. Hal ini makruh sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, "Menutup mata buka dari sunnah rasul". Yang terbaik adalah, jika membuka mata tidak merusak kekhusyu'an shalat, maka lebih baik melakukannya. Namun jika hiasan, ornament dsn sebagainya disekitar orang yang shalat atau antara dirinya dengan kiblat mengganggu konsentrasinya, maka dipoerbolehkan menutup mata. Namun demikian pernyataan untuk melakukan hal itu dianjurkan (mustahab) pada kasus ini. Wallahu A'lam.

16. Makan atau minum atau tertawa. "Para ulama berkesimpulan orang yang shalat dilarang makan dan minum. Juga ada kesepakatan diantara mereka bahwa jika seseorang melakukannya dengan sengaja maka ia harus mengulang shalatnya.

17. Mengeraskan suara hingga mengganggu orang-orang di sekitarnya. Ibnu Taimuiyah menyatakan, "Siapapun yang membaca Al-Qur'an dan orang lain sedang shlat sunnah, maka tidak dibenarkan baginya untuk membacanya dengan suara keras karean akan mengganggu mereka. Sebab, Nabi pernah meninggalkan sahabat-sahabatnya ketika merika shalat ashar dan Beliau bersabda, "Hai manusia setip kalian mencari pertolongan dari Robb kalian. Namun demikian, jangan berlebihan satu sama lain dengan bacaan kalian".

18. Menyela di antara orang yang sedang shalat. Perbuatan ini teralarang, karena akan mengganggu. Orang yang hendak menunaikan shalat hendaknya shalat pada tempat yang ada. Namun jika ia melihat celah yang memungkinkan baginya untuk melintas dan tidak mengganggu, maka hal ini di perbolehkan. Larangan ini lebih ditekankan pada jama'ah shalat Jum'at, hal ini betul-betul dilarang. Nabi bersabda tentang merka yang melintasi batas shalat, "Duduklah! Kamu mengganggu dan terlambat datang".

19. Tidak meluruskan shaf. Nabi bersabda, "Luruskan shafmu, sesungguhnya meluruskan shaf adalah bagian dari mendirikan shalat yang benar" (HR. Bukhari dan Muslim).

20. Mengangkat kaki dalam sujud. Hal ini bertentangan dengan ynag diperintahkan sebagaimana diriwayatkan dalam dua hadits shahih dari Ibnu Abbas, "Nabi telah memerintah bersujud dengan tujuh anggota tubuh dan tidak mengangkat rambur atau dahi (termasuk hidung), dua telapak tangan, dua lutut, dan dua telapak kaki." Jadi seseorang yang shalat (dalam sujud), harus dengan dua telapak kaki menyentuk lantai dan menggerakan jari-jari kaki menghadao kiblat. Tiap bagian kaki haris menyentuk lantai. Jika diangkat salah satu dari kakinya, sujudnya tidak benar. Sepanjang dia lakukanutu dalam sujud.

21. Meletakkan tangan kiri dia atas tangan kanan dan memposisikannya di leher. Hal ini berlawanan dengan sunnah karena Nabi meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan keduanya di dada beliau. Ini hadits hasan dari beberapa sumber yang lemah di dalamya. Tapi dalam hubungannya saling menguatkan di antara satu dengan lainnya.

22. Tidak berhati-hati untuk melakukan sujud dengan tujuh angota tubuh (seperti dengan hidung, kedua telapak tangan, kedua lutuk dan jari-jari kedua telapak kaki). Rasulallah bersabda, "Jika seorang hamba sujud, maka tujuh anggota tubuh harus ikut sujud bersamanya: wajah, kedu telapak tangan kedua lutut dan kedua kaki". (HR. Muslim)

23. Menyembunyikan persendian tulang dalam shalat. Ini adala perbuatan yang tidak dibenarkan dalam shalat. Hal ini didasarkan pad sebuah hadits dengan sanad yang baik dari Shu'bah budak Ibnu Abbas yang berkata, "Aku shalat di samping Ibnu Abbas dan aku menyembunyikan persedianku." Selesai shalat di berkata, "Sesungguhnya kamu kehilangan ibumu!, karena menyembunyikan persendian ketika kamu shalat!".

24. Membunyikan dan mepermainkan antar jari-jari (tasbik) selama dan sebelum shalat. Rasulallah, "Jika salah seorang dari kalian wudhu dan pergi kemasjid untuk shalat, cegahlah dia memainkan tangannya karena (waktu itu) ia sudah termasuk waktu shalat." (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

25. Menjadikan seseorang sebagai imam, padahal tidak pantas, dan ada orang lain yang lebih berhak. Merupakan hal yang penting, bahwa seorang imam harus memiliki pemahaman tentang agama dan mampu membaca Al-Qur'an dengan benar. Sebagaimana sabda Nabi "Imam bagi manusia adalah yang paling baik membaca Al-Qur'an" (HR. Muslim)

26. Wanita masuk ke masjid dengan mempercantik diri atau memakai harum-haruman. Nabi bersabda, "Jangan biarkan perempuan yang berbau harum menghadiri shalat isya bersama kita." (HR. Muslim)

27. Shalat dengan pakaian yang bergambar, apalagi gambar makhluk bernyawa. Termasuk pakaian yang terdapat tulisan atau sesuatu yang bisa merusak konsentrasi orang yang shalat di belakangnya.

28. Shalat dengan sarung, gamis dan celana musbil melebihi mata kaki). Banyak hadits rasulallah yang meyebutkan larangan berbuat isbal diantaranya : A. Rasulallah bersabda : sesungguhnya allah tidak menerima shalat seseorang lelaki yang memakain sarung dengan cara musbil." (HR. Abu Dawud (1/172 no. 638); B. Rasulallah bersabda : Allah tidak (akan) melihat shalat seseorang yang mengeluarkan sarungnya sampai kebawah (musbil) dengan perasaan sombong." (Shahih Ibnu Khuzaimah 1/382); C. Rasulallah bersabda : "Sarung yang melebihi kedua mata kaki, maka pelakunya di dalam neraka." (HR.Bukhari : 5887)

29. Shalat di atas pemakaman atau menghadapnya. Rasulallah bersabda, "Jangan kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Karena sesungguhnya aku telah melarang kalian melakukan hal itu." (HR. Muslim : 532)

30. Shalat tidak menghadap ke arah sutrah (pembatas). Nabi melarang perbuatan tersebut seraya bersabda : "Apabila salah seorang diantara kalian shalat menghadap sutrah, hendaklah ia mendekati sutahnya sehingga setan tidak dapat memutus shalatnya. (Shahih Al-Jami' : 650) Inilah contoh perbuatan beliau "Apabila beliau shalat di tempat terbuka yang tidak ada seorangpun yang menutupinya, maka beliau menamcapkan tombak di depannya, lalu shalat menghadap tombak tersebut, sedang para sahabat bermakmum di belakangnya. Beliau tidak membiarkan ada sesuatu yang lewat di antara dirinya dan sutrah tresebut." Shifat Shalat Nabi karya Al-Albani (hal : 55)
Dirangkum dari "40 Kesalahan Shalat oleh Syaikh Muhammad Jibrin & Al Qaulu Mubin fi Akhthail Mushallin, Syaikh Mansyhur Hasan Salman. Dan Diterbikan Oleh Al-Amin Publising
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=475355492181
Tambahan :

F. ADAB BAGI JAMA’AH YANG DATANG TERLAMBAT

Berjalan dengan tergesa-gesa menuju Masjid adalah perbuatan yang dilarang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

# Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila shalat telah dimulai, maka jangan kamu mendatanginya dengan tergesa-gesa. Namun datangilah dengan berjalan, dan kamu harus tenang. Lalu, apa pun yang kalian dapatkan (bersama imam), maka shalatlah. Dan apa yang kalian tertinggal, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

# Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila telah datang penggilan shalat, maka datangilah dengan berjalan kaki, dan jagalah ketenangan. Apa yang kamu dapatkan, maka shalatlah. Dan raka’at yang tertinggal olehmu, sempurnakanlah.‘ (HR. Muslim)

# Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila telah didirikan shalat, jangan kalian datangi dengan tergesa-gesa. Namun datangilah dengan berjalan biasa saja, dan jagalah ketenangan, raka’at yang kalian dapati bersama imam kerjakanlah. Dan yang kurang, sempurnakanlah. Karena sesungguhnya jika seorang di antara kalian hendak shalat, maka ia sudah berada dalam shalat.“‘ (HR. Muslim)

# Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Apabila iqamat telah dikumandangkan, janganlah kamu tergesa-gesa mengejar shalat. Akan tetapi, hendaknya kamu berjalan saja dengan menjaga ketenangan dan kenyamanan. Shalatlah seperti apa yang kamu dapati dan lengkapi raka’at yang tertinggal.” (HR. Muslim)

# Abu Qatadah radhiyallahu anhu mengisahkan; Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mendengar suara langkah-langkah keras dan hiruk pikuk. Lalu, selepas shalat Rasulullah bertanya,
“Apa yang kalian lakukan tadi?” Para sahabat menjawab, “Kami tergesa-gesa mengejar shalat.” Rasul bersabda, “Jangan kalian lakukan hal itu. Apabila kalian akan mendatangi shalat berjama’ah, maka datangilah dengan tenang. Apa pun yang kamu dapati dari imam, kerjakanlah. Dan apa yang tertinggal, sempurnakan.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Menurut Imam An-Nawawi, makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tersebut adalah: jika seseorang hendak shalat berjama’ah, maka ia sesungguhnya sudah berada dalam shalat, sehingga dianjurkan dengan tegas agar kaum muslimin yang memenuhi panggilan shalat untuk bersikap tenang dan penuh wibawa. Hadits ini juga melarang tergesa-gesa saat mendatangi shalat baik shalat Jum’at atau lima waktu lainnya, meskipun ia khawatir ketinggalan takbiratul ihram.

Menurut para ulama, “Hikmah yang terkandung dalam ketenangan ketika memenuhi panggilan shalat dan larangan tergesa-gesa mengejar shalat adalah, bahwa orang yang sengaja berangkat ke masjid untuk menegakkan shalat, hendaknya bertindak sopan, menjaga etika dan dengan kondisi sesempurna mungkin.”

Disebutkannya kata “iqamat” dalam sabda Rasul, “Jika iqamat telah dikumandangkan,” adalah untuk mengingatkan fungsi iqamat. Sebab, jika Nabi melarang tergesa-gesa mengejar iqamat karena khawatir tertinggal, mengindikasikan bahwa datang sebelum iqamat adalah lebih utama.

Catatan:
Pertama; Jika seseorang berniat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid, tetapi ia mendapati jama’ah shalat telah selesai, maka ia tetap memperoleh pahala sama dengan pahala yang melakukan shalat jama’ah. Asalkan, keterlambatannya bukan disebabkan menunda-nunda atau memperlambat diri.

Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

# “Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian ia berangkat ke masjid dan mendapati orang-orang telah selesai dari shalatnya, maka Allah memberinya pahala seperti pahala orang yang datang ke masjid lebih dulu dan berjama’ah, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, hadits shahih)

Imam As-Suyuthi dalam Hasyiyah Sunan An-Nasa’i mengatakan, “Hakekat keutamaan berjama’ah tergantung dari kesungguhan usaha seseorang untuk menunaikannya, tanpa memperlambat diri atau ditunda-tunda. Jika demikian, ia tetap mendapatkan pahala berjama’ah, terlepas apakah sempat bergabung dengan jama’ah atau tidak. Maka, siapa saja yang mendapati jama’ah shalat tengah tasyahud, pahalanya sama seperti jama’ah yang shalat dari raka’at pertama. Adapun urusan pahala atau keutamaan tidaklah diketahui dengan ijtihad. Jadi, sepatutnyalah kita tidak mempedulikan pendapat-pendapat yangbertentangan dengan hadits di atas.”

Kedua; Sebagian orang ada yang ketika masuk masjid dan mendapatkan jama’ah sudah berada pada raka’at terakhir, mereka lantas hanya menunggu sampai jama’ah tersebut selesai melaksanakan shalatnya. Mereka tidak langsung bergabung dalam jama’ah, dengan alasan ingin membuat jama’ah baru lagi. Ini adalah sikap keliru. Seharusnya dalam kondisi demikian, ia bergabung dengan jama’ah shalat lalu melengkapi shalatnya setelah imam memberi salam.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

# “Apabila kalian datang untuk shalat jama’ah dan mendapati kami sedang sujud, maka sujudlah, dan jangan hitung itu satu raka’at. Dan barangsiapa yang mendapati satu raka’at, maka ia mendapatkan shalat.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)

# Ali bin Abi Thalib dan Muadz bin Jabal meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika di antara kalian mendatangi masjid dan menemukan imam dalam kondisi tertentu, maka lakukan seperti gerakan yang sedang dilakukan oleh imam.” (HR. At-Tirmidzi)

Imam Asy-Syaukani mengatakan, bahwa sabda Nabi, “Maka kerjakanlah seperti gerakan yang dilakukan imam,” adalah petunjuk bagi makmum yang datang terlambat untuk segera bergabung dengan jama’ah, gerakan apa pun yang sedang dilakukan imam tanpa terkecuali, baik ketika sedang ruku’, sujud, ataupun duduk. Hal ini berdasarkan keumuman sabda beliau, “Walaupun imam dalam kondisi bagaimanapun.”

Sedangkan maksud dari sabda Rasul “Barangsiapa yang mendapati satu raka’at, maka ia mendapatkan shalat,” adalah barangsiapa yang mendapati imam sedang ruku’ lalu ia mengikutinya, sebelum imam mengangkat kepalanya, maka ia dianggap telah mendapatkan shalat satu raka’at.

# Siapa yang masih sempat ruku’ bersama imam dalam shalat, maka dia mendapatkan shalat itu (HR. Bukhari dan Muslim).

Sumber: http://eidariesky.wordpress.com/2010/06/25/adab-bagi-jamaah-yang-datang-terlambat/

Wallahu a'lam

CMIIW [Correct Me If I'm Wrong]
@Mohamad Hasan Al Banna